Jakarta (ANTARA News) - Kurs rupiah terhadap dolar AS di pasar spot antarbank Jakarta, Kamis pagi, menguat 60 poin, setelah Bank Indonesia (BI) mengumumkan penurunan suku bunga acuannya (BI Rate) dari 8,25 persen menjadi 7,75 persen.

Nilai tukar rupiah naik menjadi Rp12.090/12.110 per dolar AS dibanding penutupan hari sebelumnya Rp12.150/12.160, atau naik 60 poin.

Analis Valas PT Bank Himpunan Saudara Tbk, Rully Nova di Jakarta, Kamis mengatakan, sentimen positif dari penurunan BI Rate mengakibatkan rupiah menguat, yang selama ini tertekan akibat aksi beli dolar yang terus terjadi.

"Faktor positif itu bisa membuat rupiah sedikit bernafas, setelah tekanan pasar yang negatif terus menekan mata uang Indonesia itu sehingga posisinya berada di bawah angka Rp12.100 per dolar AS," katanya.

Selain itu, menurut dia, pemerintah juga mendapat pinjaman baru dari Bank Dunia untuk meningkatkan cadangan devisa dan memicu pertumbuhan ekonomi nasional yang diperkirakan hanya bisa mencapai 4 persen, juga memberikan nilai positif pasar.

Sentimen positif itu diharapkan bisa mendorong rupiah kembali menguat hingga mendekati angka Rp12.000 per dolar AS, ucapnya.

Pasar uang, lanjut dia, kemungkinan masih positif terhadap rupiah, setelah China dalam pertemuan tahunan juga akan meningkatkan anggaran belanja untuk mendorong pertumbuhan ekonomi nasional yang diperkirakan sebesar 8 persen.

Peningkatan anggaran belanja China itu, juga diharapkan oleh negara Eropa dan Amerika Serikat, sehingga ekonomi global bisa tumbuh lebih baik, katanya.

"Indonesia sendiri terus berusaha mencari dana segar melalui obligasi, baik di dalam maupun di luar negeri, agar pertumbuhan ekonomi bisa tumbuh dengan baik yang diharapkan bisa mendekati angka lima persen lebih," kata Rully Nova .

Apalagi Bank Indonesia juga telah menurunkan suku bunganya untuk memberikan dukungan kepada dunia usaha, terutama perbankan akan segera menurunkan suku bunga kredit yang saat ini mencapai 15 persen.

"Perbankan terlihat kesulitan untuk menurunkan suku bunga kredit yang masih tinggi itu, meski sejumlah pengusaha meminta untuk segera menyesuaikan tingkat bunga kredit," katanya.(*)

Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009