Pangkalpinang (ANTARA News) - Ladang minyak Sumur Lampung I dan Lampung II yang ditemukan di selatan Bangka Belitung, berpotensi menjadi industri hilir minyak yang menghasilkan berbagai produk seperti kerosen, avigas, avtur, solar, hingga aspal.

"Saya rasa investor yang menggarap dua ladang minyak itu akan lebih baik bila mengolahnya menjadi indusri hilir hingga kontribusi bagi daerah bisa lebih besar," kata Kepala Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Noor Nedi, di Pangkalpinang, Rabu.

Menurut dia, selama ini kontribusi yang didapat daerah dari hasil ekploitasi minyak di dua ladang yang dikelola CNNOX asal China yakni Intan dan Widuri masih relatif kecil.

Noor Nedi menegaskan, industri hilir tersebut juga akan menyerap banyak tenaga kerja Bangka Belitung termasuk untuk level menengah bagi alumnus politeknik mekanik Timah, yang lulusannya telah banyak dipekerjakan di berbagai perusahaan minyak asing.

Indonesia sekarang ini masih menjual minyak mentah dan selanjutnya diolah di negara lain dan kemudian dibeli kembali setelah menjadi minyak siap pakai.

Industri hilir minyak itu, sebaiknya dibangun di dekat sumur produksi. Dengan produksi minyak mentah Indonesia yang hampir mencapai 900 ribu barel per hari, industri hilir tersebut perlu dikaji pendiriannya.

Industri hilir bisa didirikan di Natuna, Bangka ataupun wilayah lain yang memiliki banyak cadangan minyak dalam jumlah besar.

Bangka Belitung selama 2008 hanya menerima bagi hasil atau royalti atas kegiatan eksploitasi minyak di sumur Intan dan Widuri sebesar Rp12 miliar dengan prognosa lifting 962.220 barel atau turun tajam dibanding 2007 sebesar Rp26,162 miliar dan 2006 sebesar Rp40,7 miliar.

Penurunan royalti terkait dengan jatuhnya harga minyak dunia hingga mencapai 40 dolar AS per barel, meski pada tahun yang sama minyak juga sempat menyentuh level tertinggi di atas 130 dolar AS per barel.

Pada kegiatan lifting 2009, diperkirakan minyak yang diproduksi sebanyak 800 ribu barel dengan harga rata-rata 50 dolar AS per barel hingga menghasilkan royalti sebesar Rp10-12 miliar bagi daerah.

"Gubernur sudah melayangkan surat ke Dirjen Migas untuk mempertimbangkan kembali Babel sebagai daerah penghasil minyak dengan adanya temuan dua sumur itu," ujarnya.
(*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2009