Washington (ANTARA News) - Amerika Serikat terus menjalankan diplomasinya untuk menghambat peluncuran peluru kendali oleh Korea Utara sementara militer AS juga menyuarakan keyakinan yang meningkat bahwa mereka akan dapat menembak jatuh rudal itu jika Korut meneruskan rencana peluncuran.

Utusan baru pemerintah AS untuk Korut, Stephen Bosworth, melakukan pembicaran dengan China pada Rabu sementara ia juga berkonsultasi dengan sekutu-sekutunya tentang krisis apa yang bisa terjadi di luar negeri pada masa-masa awal pemerintahan Presiden Barack Obama.

Washington dan Seoul mengatakan tujuan sebenarnya dari peluncuran oleh Korut itu adalah melakukan percobaan peluru kendali, yang menurut teori bisa mencapai Alaska, negara bagian di AS.

Dalam pernyataan-pernyataan yang --tidak seperti biasanya-- dilontarkan secara terus terang, Komandan Komando Pasifik AS yang berpangkalan di Hawaii, Laksamana Timothy Keating, mengatakan bahwa kapal-kapal penyergap siap untuk dikerahkan "begitu ada perintah".

"Jika yang terjadi itu lebih dari peluncuran satelit, kami akan siaga penuh untuk melakukan langkah-langkah seperti yang diperintahkan presiden," katanya dalam sebuah wawancara baru-baru ini dengan ABC News seperti dilaporkan AFP.

Direktur percobaan operasional dan evaluasi Pentagon, Charles McQueary, mengatakan bahwa Amerika Serikat telah melakukan skenario percobaan untuk menghadapi peluncuran peluru kendali Korea Utara.

"Untuk saya, ini adalah demonstrasi untuk menunjukkan bahwa sistem ini punya kemampuan untuk menjalankan fungsinya," kata McQuenary di depan sebuah panel kongres.

Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya telah menggelar pertahanan sejak 1998 ketika Korea Utara menembakkan rudal jarak jauh Taepodong di atas pulau utama Jepang, Honshu, ke Samudera Pasifik.

AS mengoperasikan sekitar 28 penyergap berbasis di darat, 18 kapal yang dilengkapi dengan radar Aegis dan sejumlah sistem radar termasuk seperangkat "Cobra Dane" di pulau-pulau Aleutian di Alaska, menurut Badan Pertahanan Peluru Kendali.

Sekutu-sekutu AS di kawasan, yaitu Jepang dan Korea Selatan, juga sudah mempunyai kapal-kapal yang dilengkapi Aegis.

Jepang, yang memiliki hubungan tegang dengan Korea Utara, telah menempatkan peluru-peluru kendali penyergap, termasuk di pusat Tokyo.

Ahli Korea Utara Bruce Klingner, yang sebelumnya pernah bekerja  di CIA, melihat bahwa kemungkinan Pyongyang melakukan percobaan rudal adalah 70 hingga 80 prosen.

"Ini adalah langkah berikutnya dalam peningkatan upaya Pyongyang untuk mencoba memaksa AS melunakkan tuntutan-tuntutan AS dalam pembicaraan enam pihak dan mengelak dari syarat yang ditetapkan standar internasional untuk verifikasi" perlucutan nuklir, kata Klinger.

Namun ia mengatakan bahwa percobaan akan memicu kerjasama militer yang lebih erat antara Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya, seperti mengarahkan Presiden Korea Selatan Lee Myung-Bak untuk memperluas pertahanan peluru kendali.(*)

Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009