New York (ANTARA News) - Harga minyak mentah dunia "rebound" (berbalik menguat) pada Selasa waktu setempat, sehari setelah turun tajam, karena pasar mempertimbangkan kembali kekhawatiran tentang jatuhnya permintaan energi di Amerika Serikat, kata para dealer.
Kontrak berjangka utama New York, minyak mentah jenis "light sweet" untuk pengiriman April, ditutup pada 41,65 dolar AS per barel, naik 1,50 dolar AS dari penutupan Senin.
Di London, minyak mentah "Brent North Sea" untuk penyerahan April naik 1,49 dolar AS menjadi mantap pada 43,70 dolar AS per barel.
Para analis mengatakan, para pedagang mempertimbangkan kembali posisinya, setelah harga minyak jatuh sekitar 10 persen pada Senin, karena pasar saham seluruh dunia merosot di tengah kekhawatiran terus menurunanya sektor keuangan.
"Kami melihat sebuah pemulihan setelah kemarin turun, yang mengalami "rally" ekstrim," kata analis independen Ellis Eckland.
"Dalam kajian saya, itu sebuah koreksi berlebihan dalam merespon kejatuhan di pasar saham."
Para investor yang telah bertaruh untuk penurunan harga minyak menutup posisinya karena mereka memantau situasi di Nigeria, kata Andy Lipow dari Lipow Oil Associates.
Sebuah pipa minyak yang dioperasikan raksasa minyak Inggris-Belanda, Shell, yang merupakan saluran utama ke terminal ekspor Escravos di selatan Nigeria meledak pada akhir pekan lalu, sehingga membatasi produksi.
Shell tidak mengungkapkan rincian pengurangan produksi tersebut atau apa penyebab ledakan pipa saluran minyaknya.
Perusahaan telah menjadi target rutin dari serangan para militan di selatan Nigeria dalam tiga tahun terakhir.
"Pasar sekarang sedang mulai melihat ke depan untuk pertemuan OPEC pada 15 Maret," kata Lipow.
Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC), yang memproduksi sekitar 40 persen minyak mentah dunia, mengumumkan pada akhir tahun 2008, telah memangkas produksinya total 4,2 juta barel per hari, dalam upaya mencegah penurunan harga lebih lanjut.
Harga minyak telah meningkat secara keseluruhan pekan lalu dalam mengantisipasi menguatnya permintaan untuk bahan bakar kendaraan bermotir di Amerika Serikat dan indikasi bahwa OPEC akan memangkas lagi produksinya, kata para pedagang.
"Kami mendapat sinyal bervariasi dari OPEC, apakah mereka akan membuat keputusan menurunkan produksi lagi atau tidak," kata Lipow.
"Saya kira pasar umumnya memperkirakan pemangkasan produksi lagi karena menurunnya permintaan di dunia."
Pasar gelisah setelah krisis ekonomi global yang mendalam dan menurunnya sistem finansial terus menghantam sentimen, terutama karena Amerika Serikat, konsumen energi terbesar dunia, terpuruk ke dalam resesi.
"Harga minyak mentah diperdagangkan mendekati level 40 dolar AS per barel, karena para pedagang kehilangan kepercayaan kemungkinan ekonomi AS akan rebound tahun ini," kata David Evans, analis dari BetOnMarkets.com.
"Harga minyak diperkirakan menjadi sangat rapuh pekan ini, terutama jelang akhir pekan, ketika data ketenagakerjaan AS akan dirilis."
Pemerintah akan mengeluarkan data pekerjaan Februari. Ekonomi AS kehilangan 598.000 pekerjaan pada Januari, mendorong tingkat pengangguran menjadi di posisi tertinggi 16 tahun, pada 7,6 persen.(*)
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009