Festival film ini merupakan acara tahunan dan Qfest bertujuan untuk memberikan pengetahuan lebih luas kepada publik dan juga eksistensi, ujar Noesa sebagai Koordinator acara Q Screening di Bandung, Selasa.
Di Bandung, acara ini merupakan yang kedua kalinya dan film yang diputar Qfest berasal dari berbagai negara, di antaranya film 881 dari Singapore, Suddenly Last Winter dari Itali, Israel, dan banyak lagi. Film yang diputar semuanya bergenre queer, human right, sosial, dan HIV/AIDS.
Misi dari festival ini adalah untuk memperkenalkan film alternatif selain dari film mainstream yang ada dibioskop dan juga untuk meningkatkan kepekaan terhadap isu isu queer (lesbian,gay,bisexual,transgender,intersex dan HIV AIDS).
"Q film festival" sudah ada sejak tahun 2002 yang dibentuk oleh para jurnalis freelance. Selain mengadakan pemutaran film, mereka juga melaksanakan pameran foto di CCF Bandung berkerja sama dengan Arsitektur Foto (AF) bertemakan Queer.
Sayangnya, kata Noesa, faktor bahasa masih menjadi kendala, karena film yang diputar berasal dari berbagai negara, walaupun sudah menggunakan terjemahan teks dengan bahasa Inggris namun tidak semua penonton memahaminya.
"Filmnya bagus, banyak pesan yang disampaikan tapi sayangnya bahasa yang menjadi kendala," ucap Ranu Nugraha seorang sastrawan yang menyempatkan diri untuk nonton di Qfest.
(*)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2009