Yerusalem (ANTARA News) - Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton bertemu dengan para pemimpin Israel pada kunjungan resmi pertamanya ke Timur Tengah, Selasa, dengan tujuan untuk memusatkan perhatian terhadap pembicaraan damai yang tertatih-tatih, sementara tuan rumah yang ia kunjungi justru mengharapkan masalah Iran dijadikan perhatian.

Hillary tiba di Israel dari Mesir, tempat ia berbicara di konferensi pembangunan Gaza bahwa membangun kembali wilayah Palestina setelah serangan-serangan mematikan oleh Israel, tidak dapat dipisahkan dari proses perdamaian Timur Tengah.
   
"Upaya kita terhadap krisis saat ini di Gaza tidak dapat dipisahkan dari upaya-upaya yang lebih luas untuk mencapai sebuah perdamaian yang menyeluruh," katanya saat konferensi yang berlangsung di tempat peristirahatan Sharm el-Sheikh di Mesir, yang dihadiri oleh delegasi dari setidaknya 70 negara dan organisasi.
   
"Dengan memberikan bantuan kemanusiaan ke Gaza, kita juga bertujuan membantu Palestina menciptakan kondisi-kondisi yang diperlukan," katanya seperti dilaporkan AFP.
   
Hillary dalam sebuah jumpa pers mengatakan, ia merasa terganggu dengan masih terjadinya penembakan roket dari Gaza dan mendesak semua pihak untuk mewujudkan perdamaian abadi.

Pembentukan negara Palestina bukanlah prioritas di Israel, yang pemerintahan berikutnya kemungkinan akan muncul melalui sebuah koalisi sayap kanan yang menentang pembentukan negara Palestina serta para pejabatnya telah berkali-kali menunjuk ancaman nuklir Iran sebagai kekhawatiran utama mereka.
   
Kunjungan Hillary akan diisi pertemuan dengan otoritas Israel dan pemerintahan yang akan menyelesaikan tugasnya soal negosiasi damai dengan Palestina,"kata juru bicara Yigal Palmor.
   
Hillary datang saat hubungan Israel dengan sekutu utamanya, Washington, berada pada masa perubahan.
   
Sementara Presiden Barack Obama telah menyatakan tekad untuk memajukan perundingan damai dan telah membentuk tim untuk mencapai tujuan itu, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu secara pongah menentang berdirinya Palestina merdeka dalam waktu dekat dan justru lebih memusatkan perhatian pada masalah Iran.
    
Ketika ia menjadi perdana menteri periode sebelumnya, Netanyahu mengerem proses perdamaian Oslo tahun 1996. (*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2009