Jakarta (ANTARA) - Perdagangan global China dalam dua bulan pertama 2020 mengalami penurunan sebesar 11 persen yang disebabkan oleh berjangkitnya wabah COVID-19, namun impor negara itu dari Indonesia justru mengalami kenaikan secara signifikan.

Kementerian Kepabeanan China (GAC) di Beijing, Sabtu, merilis data perdagangan global negara ekonomi terbesar kedua di dunia itu selama periode Januari-Februari 2020 senilai 592 miliar dolar AS atau turun 11 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2019.

Ekspor China mengalami penurunan 17,2 persen selama periode tersebut hingga menjadi 292,5 miliar dolar AS.

Demikian halnya nilai impor China juga turun 4 persen menjadi 299,5 miliar dolar AS.

Sementara negara-negara di kawasan Asia Tenggara yang tergabung dalam ASEAN mampu mengambil alih posisi Uni Eropa sebagai mitra dagang terbesar China pada bulan-bulan krisis corona tersebut.

Nilai perdagangan China-ASEAN pada Januari-Februari 2020 mencapai 85,32 miliar dolar AS atau naik tipis 0,5 persen.

Selama periode itu pula impor China dari Indonesia naik 13 persen meskipun tidak sebesar dari Vietnam yang mencatat kenaikan 24,2 persen.

Pada 2019 ASEAN menjadi mitra dagang terbesar kedua China dengan nilai 641 miliar dolar AS di bawah Uni Eropa.

Direktur Pusat Studi Asia Tenggara di Lembaga Ilmu Sosial Beijing, Prof Xu Liping, melihat banyak industri hulu China dan multinasional yang dialihkan ke ASEAN. Kemudian produk-produknya diekspor ke China sehingga hal ini mendorong pertumbuhan impor China dari negara-negara ASEAN.

"Nilai perdagangan China-ASEAN terus tumbuh," ujar akademisi yang baru saja menulis buku tentang Indonesia itu.

Menurut dia, China telah meningkatkan impor bahan-bahan medis tertentu, seperti kapas, dari ASEAN.

Bahkan impor obat-obatan dan peralatan medis China dari Indonesia pada Januari-Februari 2020 mencapai 4,87 miliar dolar AS atau naik 3,6 persen sebagaimana data GAC.

Gu Xiaosong, pakar Asia Tenggara dari Lembaga Ilmu Sosial Guangxi, mengamati catatan positif hubungan dagang China-ASEAN itu juga dipengaruhi oleh tidak dibatasinya jalur transportasi ke daerah selain Hubei selama epidemi COVID-19 merebak.

Meskipun demikian dia memperkirakan Uni Eropa akan kembali ke posisi semula sebagai mitra dagang terbesar China setelah wabah terkendali.

Agregat ekonomi Uni Eropa dua sampai tiga kali lebih besar daripada ASEAN, demikian alasan Gu yang dikutip Global Times.


Baca juga: Kasus baru corona di China menurun

Baca juga: Saham China dibuka lebih rendah setelah naik empat hari beruntun

Baca juga: Korut ancam tembak pendatang, China larang warga dekati perbatasan

Pewarta: M. Irfan Ilmie
Editor: Gusti Nur Cahya Aryani
Copyright © ANTARA 2020