"Dinkes Puncak Jaya membawa 20 pasien yang dicurigai menderita kaki gajah itu ke RSUD Puncak Jaya guna menunggu operasi," kata Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Provinsi Papua, dr. Aaron Rumainum di Jayapura, Sabtu.
Menurut dia, masalah 20 pasien itu bisa dioperasi di RSUD Puncak Jaya atau tidak, pihaknya sudah berkoordinasi dengan pihak RSUD Jayapura, yakni dengan dr Donald Aronggear selaku dokter spesialis penyakit dalam, guna pergi ke Puncak Jaya untuk mekakukan pemeriksaan," katanya.
Selain pemeriksaan, kata dia, apakah 20 pasien itu bisa dilakukan operasi atau tidak di Puncak Jaya, diharapkan puluhan pasien ini bisa ditolong.
"Kami berharap kepada Kepala Dinas Kesehatan Papua yang baru untuk bisa membantu kami membawa 20 pasien itu ke RSUD Jayapura, yang punya tenaga banyak, dan memiliki tempat untuk operasi," ujarnya.
Lanjut dia, jika bisa maka harus ada pembagian biaya Dinkes Kabupaten Puncak Jaya dan Dinkes Papua guna membiayai operasi 20 pasien yang diduga menderita biji gajah ini.
Selain di Puncak Jaya, menurut dia, ada lima pasien kaki gajah di Nabire yang belum bisa dioperasi. Ada juga ratusan pasien kaki gajah di Kabupaten Mamberamo Raya yang juga belum bisa dioperasi.
"Kami berharap Kepala Dinas Kesehatan Papua yang baru bisa lebih bijak dengan memberikan keringanan biaya melalui jaminan Katu Papua Sehat (KPS) untuk bisa dioperasi," ujarnya.
Ia menambahkan, jika pasien-pasien itu tidak bisa dioperasi, maka mereka tidak bisa mempunyai keturunan/tidak bisa punya anak.
Baca juga: Filariasis-malaria turun, Menkes beri penghargaan Kabupaten Jayapura
Baca juga: Memberantas penyakit kaki gajah
Baca juga: 236 kabupaten-kota endemis kaki gajah
Pewarta: Musa Abubar
Editor: Tunggul Susilo
Copyright © ANTARA 2020