Pontianak (ANTARA News) - Kepala Dinas Pelayanan Lalu Lintas PT Angkasa Pura (AP) II Cabang Bandara Supadio Pontianak, Syarif Usmulyani Alkadrie mengatakan, malfunction pada sistem komputer navigasi dan komunikasi diduga penyebab pesawat Batavia Air 7P - 209 rute Jakarta - Pontianak, Jumat (27/2) malam, hilang kontak selama 15 menit.
"Sejak tadi malam hingga pagi hari sudah dicek, kondisi pesawat bagus. Kejadian malam tadi mungkin alat tersebut ada yang tidak berfungsi secara maksimal," kata Syarif Usmulyani di Pontianak, Sabtu.
Ia mengakui, tidak berfungsinya sistem komputerisasi untuk navigasi dan komunikasi itu jarang terjadi. "Mungkin setelah puluhan ribu jam terbang, baru ditemukan kasus tersebut," katanya.
Sistem navigasi dan komunikasi memegang peranan penting dalam dunia penerbangan terutama saat pesawat tengah terbang malam. "Ketika instrumen bermasalah, terbang malam seperti orang buta," kata dia.
Ia masih bersyukur pesawat jenis Boeing 737 seri 300 tersebut masih dapat dibimbing dari Bandara Supadio dan mendarat di Pontianak meski sempat hilang kontak selama sekitar 15 menit.
"Ada `emergency frekuensi` yang masih dapat digunakan sehingga pesawat itu dapat mendarat di Pontianak," kata dia.
Mengenai tingkat bahaya dari kegagalan sistem komputerisasi tersebut, Syarif Usmulyani mengatakan, secara umum kondisi pesawat dalam kondisi baik dan memenuhi syarat.
"Bahan bakar masih cukup. Mesin sewaktu dihidupmatikan setelah mendarat, juga baik," katanya.
Namun, lanjut dia, pilot yang menerbangkan pesawat tersebut dilarang bekerja selama sekitar satu minggu sejak kejadian. Pesawat tersebut kemudian kembali melayani rute Pontianak - Jakarta dan terbang pukul 11.20 WIB.
"Pilotnya diganti karena tidak boleh terbang selama satu minggu," katanya menegaskan.
Sebelumnya, gangguan di sistem navigasi membuat pesawat sempat berputar-putar di atas Kota Ketapang yang terletak di selatan Pontianak.
Kepala Cabang PT Metro Batavia Air, Yunan Ismail mengatakan, pesawat tersebut dijadwalkan tiba di Bandar Udara Supadio Pontianak pada pukul 20.30 WIB.
Namun, lanjut dia, sewaktu hendak mendarat, sistem komunikasi maupun radio yang ada di kokpit pesawat nomor penerbangan JP-209 itu, mendadak tidak berfungsi.
Pilot kemudian memutuskan untuk menunda pendaratan sambil mencoba memperbaiki gangguan itu. Pesawat buatan Boeing 737 seri 300 itu sempat mencapai Kota Ketapang yang jaraknya ratusan kilometer dari Pontianak.
Waktu tempuh menggunakan pesawat bermesin jet sekitar 15 menit. Pesawat berpenumpang 125 orang dan enam orang awak itu sempat berputar-putar beberapa kali diatas Kota Ketapang. Otorita Bandar Udara Rahadi Oesman Ketapang juga sudah siap-siap untuk antisipasi kemungkinan pesawat itu mendarat meski landasan pacunya tidak memadai.
Ketika berada di atas Kota Ketapang itu lah salah satu sistem navigasi kembali berfungsi. Pilot kemudian memutuskan untuk mengembalikan rute ke arah Bandara Supadio Pontianak.
Sekitar satu jam dari jadwal yang direncanakan, pesawat itu mendarat di Bandara Supadio Pontianak.
(*)
Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009
bisa jadi kebiasaan buruk penumpang yang enggan menonaktifkan peralatan komunikasi dan elektronic lainnya selama penerbangan ambil bagian menyebabkan masalah tersebut.
rasanya tidak mungkin bila sistem komputer mendadak malfunction tanpa sebab.
sudah saatnya kru penerbangan untuk bertindak tegas terhadap penumpang nakal yang enggan menaati aturan terbang
Kalau sistem navigasi dan komunikasi memegang peranan penting dalam dunia penerbangan terutama saat pesawat tengah terbang malam. Jadi, maskapai seharusnya tidak memaksakan jadwal yang padat. Saya pernah mendengar keluhan salah seorang Pilot dengan route lain, yang capek dengan jadwal penerbangan yang padat. Syukurlah Pilot Batavia ini tidak panik, ketika instrumen bermasalah. Bravo