"Jadi di tengah Corona ini jangan kita terlalu pesimis. Jadi ternyata kita harus mencari pasar-pasar di negara lain. Eropa, Timur Tengah, kemudian Korea. Korea kan tidak semuanya kena (Corona) ya. Korea lagi bagus. Jepang, terus Singapura dan dalam negeri," katanya ditemui di Jakarta, Jumat.
Menurut Bahlil, upaya menyasar investasi dari negara lain di luar China sudah sepatutnya dilakukan menyusul kondisi yang China yang terisolasi sejak wabah Corona terus menyebar.
Baca juga: Bahlil kumpulkan pejabat penghubung investasi, janjikan ada insentif
Mantan Ketua Umum Hipmi itu juga menyinggung adanya investasi besar yang akan masuk di tengah mewabahnya COVID-19. Meski demikian, ia enggan menyebut nama dan asal investor tersebut.
"Ini hampir pasti satu yang gede. Saya belum bicara nama perusahaan tapi ini untuk membangun smelter sampai tingkat stainless steel. Investasinya gede, 3-4 miliar dolar AS, negaranya di Asia," katanya.
Selain membidik investasi dari negara di luar China, investasi dari dalam negeri juga akan terus digenjot. Bahlil menambahkan, potensi investasi dalam negeri perlu dioptimalkan dengan baik.
Baca juga: Pemerintah petakan potensi investasi hijau di Papua, ini tujuannya
"Dalam negeri sekarang lagi bagus, trust sudah mulai muncul. Jadi yang selama ini kredit-kredit yang sudah oke dari bank tapi belum direalisasikan, sekarang sudah mulai direalisasikan. Jadi menggairah," katanya.
Ia pun menilai semakin besar dan semakin banyak investasi dari dalam negeri akan semakin baik dampaknya bagi perekonomian.
Dengan segala upaya tersebut, Bahlil pun optimistis target realisasi investasi tahun 2020 sebesar Rp886 triliun dapat tercapai.
"Saya insya Allah optimistis (tercapai). Sampai dengan hari ini harus optimis. Pengusaha tidak boleh pesimis. Bahwa ada kendala, yes. Tapi di balik kendala itu harus ada ruang, di balik corona itu harus ada solusi. Pengusaha itu akalnya banyak. Ada saja caranya. Dia nggak dapat ini, dia bikin di sini. Sama kita juga, BKPM kan sales negara, marketing negara. Jadi kalau kemudian China menurun, BKPM harus mencari di tempat lain," pungkasnya.
Pewarta: Ade irma Junida
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2020