Jakarta (ANTARA News) - Wakil Presiden M Jusuf Kalla mengatakan meskipun harga minyak dunia mengalami penurunan namun pemerintah belum akan menurunkan harga bahan Bakar Minyak (BBM) dalam negeri karena untuk penurunan harga tersebut sangat terkait dengan harga minyak dunia, besaran subsidi dan nilai tukar rupiah (kurs). "Untuk menurunkan harga BBM itu sangat tergantung dari tiga harga minyak dunia, kurs rupiah dan besaran subsidi. Jadi tidak bisa saat ini turun harga langsung turun. Ini harus dihitung jangka panjang rata-rata dalam setahun. Tidak seperti jual sayuran, yang dalam satu dua hari turun langsung bisa turun," kata Wapres M Jusuf Kalla usai Salat Jumat di Jakarta. Sebelumnya beberapa pengamat perminyakan menilai saat ini merupakan waktu yang tepat untuk penurunan kembali harga BBM. Penurunan harga hingga tiga kali yang dilakukan pemerintah dinilai belum cukup karena harga sebenarnya masih bisa diturunkan kembali.Menurut Wapres, keputusan untuk penurunan harga BBM merupakan keputusan yang bersifat jangka panjang. Karena itu, tambahnya pemerintah akan berhati-hati mengenai hal ini. "Apakah ada jaminan harga minyak dunia ini akan terus terus, bagaiman kalau tiba-tiba naik kembali, siapa yang bisa jamin akan stabil," kata Wapres. Sebelumnya pemerintah memperkirakan sepanjang tahun 2009 bahan bakar minyak (BBM) jenis premium akan mendapat subsidi hal ini berkaitan dengan masih fluktuatifnya harga minyak dunia. Menteri ESDM Purnomo Yusgiantoro memperkirakan harga premium tetap tinggi dalam 10 bulan ke depan, sehingga sepanjang tahun akan terdapat subsidi. Menurut Purnomo, pada bulan Februari ini, rata-rata harga premium sudah di atas Rp5.000 per liter, sehingga pemerintah mengeluarkan subsidi premium yang ditetapkan Rp4.500 per liter. Lebih lanjut di jelaskan keuntungan premium pada Desember 2008 dan Januari 2009 masuk ke kas negara. Pemerintah mendapat keuntungan dari penjualan premium dikarenakan melimpahnya produk premium di pasar, sehingga harga menjadi jatuh.(*)
Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009