Jakarta (ANTARA News) - Kurs rupiah terhadap dolar AS di pasar spot antarbank Jakarta, Jumat sore, merosot jauh di atas angka Rp12.000 per dolar, karena para pelaku pasar terus membeli dolar, meski ada kabar bahwa pemerintah telah menerbitkan global medium term note (GMTN) sebesar 3 miliar dolar.

Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS turun menjadi Rp12.065/12.095 per dolar dibanding penutupan hari sebelumnya Rp12.030/12.055 atau merosot 35 poin.

Direktur Retail Banking PT Bank Mega Tbk, Kostaman Thayib di Jakarta, Jumat, mengatakan, para pelaku pasar masih terus membeli dolar AS, karena mata uang asing itu dinilai tempat yang aman untuk menabung.

Perburuan dolar itu terutama disebabkan para pelaku khawatir dengan paket stimulus AS sektor keuangan yang sampai saat ini masih belum disahkan kongres, katanya.

Para pelaku pasar, menurut dia, telah mengindahkan isu positif dari internal, dimana pemerintah Indonesia telah mengeluarkan global medium term note (GMTN) sebesar 3 miliar dolar AS yang dinilai cukup untuk menutup sebagian pembiayaan defisit APBN 2009 dan menambah cadangan devisa.

Ditengah situasi pasar keuangan global yang masih guncang, penerbitan Global MTN tersebut termasuk sukses, katanya.

Karena, lanjut dia dari jumlah penawaran yang masuk sebesar 7 miliar dolar AS, yang diambil sebesar 3 miliar dolar AS atau terjadi dua kali oversubscribed.

Menurut dia, rupiah itu dikhawatirkan akan sulit dijaga, bahkan akan menjadi liar hal ini, karena posisi rupiah saat sangat rawan.

Karena itu diharapkan Bank Indonesia yang telah mendapat tambahan cadangan devisa siaga dapat memanfaatkannya untuk menahan tekanan pasar yang kuat itu, ucapnya.

Ia mengatakan, apakah BI akan menggunakan tambahan cadangan devisa siaga itu yang diperoleh dari Forum Asean dan tambahan tiga negara Asia lainnya. (*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2009