Jakarta (ANTARA) - Seiring menyebarnya virus corona jenis baru atau COVID-19, banyak industri global yang terdampak tak terkecuali industri fesyen.
Sejak akhir Januari 2020, penyebaran virus itu kian menjadi di berbagai negara, termasuk negara-negara dengan jadwal pagelaran busana global sebesar di China, Korea Selatan, Italia, Amerika, dan beberapa wilayah Eropa.
Wabah virus menghantam Italia bertepatan dengan berakhirnya Milan Fashion Week, kemudian menjadi penyebab utama pembatalan sejumlah pertunjukan pagelaran busana, pembatalan acara fesyen lainnya, hingga penurunan angka penjualan di industri fesyen.
Beberapa pekan mode besar juga mengaku mengalami penurunan pengunjung dan pembeli dari China, akibat adanya pembatasan perjalanan baik dalam dan luar Cina. Padahal sekitar 40 persen pelanggan produk fesyen mewah yang sebagian besar ditampilan di pekan mode global ini berasal dari Cina, seperti dilaporkan Reuters.
Baca juga: Gucci batalkan peragaan busana di San Fransisco terkait virus corona
Baca juga: Ralph Lauren batalkan peragaan busana karena virus corona
Banyak perusahaan mode dan kecantikan menghadapi dampak finansial akibat wabah virus yang mempengaruhi jumlah produksi dan permintaan pasar.
Capri Holdings, perusahaan yang menaungi rumah mode mewah seperti Michael Kors, Versace dan Jimmy Choo ini, telah menutup 150 toko di Cina dan memproyeksikan pendapatannya pada kuartal berikutnya akan turun sekitar 100 juta dolar.
Sama halnya dengan Tapestry Inc, perusahaan yang memiliki label fesyen Coach, Kate Spade dan Stuart Weitzman ini mengatakan mungkin kehilangan 250 juta dolar dalam penjualan di paruh kedua tahun ini.
Baca juga: "Surat cinta" Sarah Burton yang tertuang dalam koleksinya
Baca juga: Paris batalkan pameran buku akibat wabah corona
Baca juga: Petugas peragaan busana Valentino gunakan masker
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2020