Jakarta (ANTARA) - Dua pemerintah daerah yakni Kabupaten Lombok Timur dan Tanjung Jabung Timur menargetkan penurunan angka stunting yakni dua persen setiap tahunnya.
"Angka stunting di Kabupaten Lombok Timur masih tinggi yakni 35 persen. Kami menargetkan setiap tahunnya turun sekitar dua persen," ujar Bupati Lombok Timur, Sukiman Azmy, usai penandatanganan kerja sama dengan SEAMEO RECFON di Jakarta, Jumat.
Sukiman menjelaskan ada beberapa penyebab terjadinya stunting di daerahnya, yakni kurangnya pengasuhan anak oleh orang tua karena banyak para ibu yang menjadi pekerja migran di luar negeri, dampaknya anaknya diasuh oleh nenek atau saudara.
"Tentunya pola pengasuhan oleh orang tua berbeda jika diasuh oleh nenek," tambah dia.
Baca juga: SEAMEO RECFON: stunting lebih berbahaya dari Covid-19
Baca juga: Pakar gizi: Kekerdilan tidak hanya dialami keluarga miskin
Untuk penurunan angka stunting, setiap desa di Kabupaten Lombok Timur menganggarkan dana sebesar Rp25 juta untuk penurunan angka stunting.
Sukiman menambahkan selama tiga tahun belakangan, daerahnya berupaya mengedepankan kolaborasi lintas sektoral dalam upaya penurunan stunting.
"Kami berharap dengan penandatanganan kerja sama ini, upaya kami dalam menurunkan stunting lebih cepat lagi lajunya, terutama dengan menggiatkan kegiatan di satuan pendidikan (PAUD), “ tambah Azmi.
Sementara Kepala Dinas Pendidikan Tanjung Jabung Timur, Junaidi Rahmat, mengatakan angka stunting di daerahnya cukup tinggi yakni 40 persen dan ditargetkan bisa turun delapan persen dalam empat tahun.
Ia menjelaskan, penyebab utama stunting di daerah tersebut dikarenakan buruknya sanitasi.
Baca juga: Wapres terima laporan penurunan angka stunting di Sulsel
Baca juga: Orasi Menkes: Isu "stunting" prioritas untuk wujudkan Indonesia maju
Direktur SEAMEO RECFON, Dr Muchtaruddin Mansyur menegaskan bahwa sejak 2017 pihaknya memprakarsai program Early
Childhood Care and Nutrition Education (ECCNE) dengan frasa "Anakku Sehat dan Cerdas".
"Program ini bertujuan menerapkan program ECCNE dengan penyelarasan terhadap kebijakan pemerintah Indonesia," ujar Muchtaruddin.
Pihaknya telah membuat panduan detail bagi seluruh pemangku kebijakan di daerah dalam penerapan pendidikan gizi di Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), termasuk panduan
untuk daerah melakukan monitoring dan evaluasi secara mandiri.
"Proses monitoring dan evaluasi adalah bagian penting dari pelaksanaan suatu program yang kerap diabaikan fungsinya, untuk itu dalam modul ini kami memberi perhatian khusus pada pelaksanaan proses ini," imbuh Muchtaruddin.
Dia menambahkan empat kabupaten telah ikut serta dalam program penurunan angka stunting tersebut yakni Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Sambas, Malang, dan Lombok Timur.
Baca juga: Dompet Dhuafa kembangkan program atasi stunting
Baca juga: Sumatera Selatan anggarkan Rp145 miliar turunkan kekerdilan
Pewarta: Indriani
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2020