Kalau virus corona, jika ada yang meninggal ya sudah. Tapi kalau stunting, kalau umurnya 50 tahun maka selama 50 tahun itu akan menjadi beban demografi," ujar Muchtaruddin
Jakarta (ANTARA) - Direktur Pusat Penelitian Makanan dan Nutrisi SEAMEO RECFON dr Muchtaruddin Mansyur PhD mengatakan dampak yang ditimbulkan oleh stunting atau kekerdilan lebih berbahaya daripada virus corona atau Covid-19.
"Stunting dampaknya lebih berbahaya dari Covid-19 atau virus corona. Dalam kasus virus corona, kalau ada yang meninggal ya sudah. Tapi kalau stunting, kalau umurnya 50 tahun maka selama 50 tahun itu akan menjadi beban demografi," ujar Muchtaruddin usai penandatanganan kerja sama antara Kabupaten Tanjung Jabung Timur dan Kabupaten Lombok Timur dan SEAMEO RECFON dalam penurunan stunting di Jakarta, Jumat.
Oleh karena itu, lanjut dia, pemerintah daerah perlu memberikan perhatian khusus pada masalah stunting tersebut.
"Sekitar 95 persen individu yang terinfeksi virus corona itu sembuh," tambah dia.
Dia menambahkan ada hikmah dibalik merebaknya wabah virus corona tersebut. Gaya hidup masyarakat mengalami perubahan dari sebelumnya kurang bersih dan sehat menjadi lebih perhatian pada kebersihan dan kesehatan.
"Yang biasanya jarang cuci tangan, sekarang jadi sering cuci tangan. Tapi ada komponen yang penting dari itu semua yakni makanan yang dikonsumsi harus gizi seimbang," tambah dia.
Dengan memakan makanan gizi seimbang, maka imunitas juga meningkat. Begitu juga dengan aspek sanitasi juga mendapatkan perhatian dengan adanya wabah tersebut.
Muchtaruddin menjelaskan perilaku hidup bersih dan sehat tersebut jika sudah diterapkan sehari-hari, maka akan menurun pada generasi selanjutnya.
"Anak yang dilahirkan pun sehat dan bebas stunting," jelas dia.
Pemerintah Indonesia menargetkan penurunan stunting dari angka 30 persen pada 2018 menjadi 14 persen pada 2024. Penurunan angka tersebut merupakan target besar yang membutuhkan kerja keras dan kolaborasi multisektoral.
Pewarta: Indriani
Editor: Rolex Malaha
Copyright © ANTARA 2020