Yerusalem (ANTARA News/AFP) - Pejuang Gaza menembakkan dua roket ke Israel pada Kamis tanpa mengakibatkan korban atau kerusakan, kata tentara.
Satu roket menghantam lapangan terbuka dan yang lain jatuh di dekat kota Sderot, yang sering mengalami serangan roket pejuang dari Jalur Gaza, kata tentara.
Serangan itu menandai kekerasan terakhir untuk menggoyang gencatan senjata lemah, yang Israel dan Hamas umumkan pada 18 Januari dan mengahiri perang 22 hari di jalur pantai itu serta menewaskan lebih dari 1.300 orang Palestina dan 13 warga Israel.
Mesir menengahi dalam upaya mengatur gencatan senjata abadi di sekitar jalur pantai miskin itu, tempat Hamas berkuasa pada Juni 2007, menggulingkan kekuatan setia kepada Presiden Mahmud Abbas, yang sekuler.
Pesawat Israel membom sejumlah terowongan di daerah perbatasan Gaza-Mesir pada Rabu setelah dua roket menghantam Israel selatan, kata jurubicara tentara Israel.
Tidak ada laporan mengenai korban dalam serangan tersebut.
"Kami menyerang tujuh terowongan di dekat (kota perbatasan Gaza selatan) Rafah. Terjadi ledakan kedua, yang menunjukkan bahwa terowongan itu berisikan bahan senjata," kata juru bicara itu.
"Itu merupakan jawaban atas serangan dua roket Qassam hari ini dan penembakan roket, yang terus berlangsung," tambah juru bicara tersebut.
Sejak ahir perang 22 hari itu, warga Palestina membangun lagi jaringan terowongan di bawah perbatasan Gaza-Mesir, yang digunakan untuk menyelundupkan barang dan senjata.
Pada Rabu, Menteri Luar Negeri Tzipi Livni memperingatkan bahwa Israel akan melancarkan "gerakan" lagi tentara di Gaza jika penyelundupan senjata dari Iran ke wilayah Hamas itu masih terus dilakukan.
"Iran harus dibuat sadar bahwa penyelundupan senjata ke Suriah, Libanon dan Hamas merupakan pelanggaran berat atas perjanjian internasional dan harus berhenti," kata Livni.
Pasukan Israel berulang kali membom daerah perbatasan Gaza dengan Mesir sejak mereka memulai serangan pada 27 Desember dalam upaya menghancurkan terowongan, yang menghubungkan wilayah miskin Palestina itu dengan Mesir.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009
Sepertinya hamas memang cinta kekerasan terbukti dengan gambaran benderanya.