“Kami meminta masyarakat agar jangan sampai terprovokasi dengan perang tanding antarwarga yang terjadi Sandosi Kamis (5/3) pagi tadi,” katanya saat dihubungi ANTARA dari Kupang, Kamis.
Dia mengatakan sudah meminta seluruh camat se-daratan Pulau Adonara serta para kepala desa agar mengimbau dan menahan masyarakatnya jika memiliki niat membantu suku-suku yang lagi bertikai.
Hal ini penting karena di Adonara secara budaya Lamaholot (sebutan untuk suku bangsa yang berdiam di sebagian wilayah Kabupaten Flores Timur, Lembata, Alor) dikenal yang namanya nara atau sekutu lintas desa atau wilayah, katanya.
“Jadi jangan ajak nara atau sekutu, biarkan pemerintah dan aparat keamanan menyelesaikan masalah yang ada,” katanya.
Agustinus juga meminta masyarakat agar tidak membuat postingan di media sosial berisi hal-hal yang provokatif yang dapat memperuncing keadaan.
“Jika ada yang posting bernada provokatif kami berharap aparat Kepolisian segera bertindak untuk diamankan,” katanya.
Pihaknya mengajak seluruh masyarakat Flores Timur untuk mendoakan agar masalah tersebut segera diselesaikan dan tidak ada lagi korban jiwa.
“Pemerintah tentu juga turut berduka cita atas tragedi kematian saudara-saudara kita di Sandosi,” katanya.
Perang tanding antarwarga dua suku di Desa Sandosi, Kecamatan Witihama, Kabupaten Flores Timur pecah pada Kamis (5/3) dan menewaskan sebanyak enam orang.
Baca juga: Jenazah korban perang tanding di Adonara belum dievakuasi
Baca juga: Enam warga Adonara NTT tewas dalam "perang tanding" antar dua suku
Pewarta: Aloysius Lewokeda
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2020