Berbicara kepada pers sebelum morning coffee para eksekutif BUMN di Wisma ANTARA, Jakarta, Rabu, Dirut Perum Bulog Mustafa Abubakar mengatakan bahwa ekspor akan dilakukan setiap bulannya ke Jepang dan Malaysia.
Beras yang akan diekspor hanya jenis super dimana jumlah yang pecah (broken) hanya antara nol sampai 5 persen dan beras tersebut bisa saja Cianjur atau Solok atau yang lainnya. Sejauh jumlah yang pecah hanya dalam kisaran 0 sampai 5 persen, maka hal itu bisa digolongkan sebagai beras super.
Ekspor beras akan dinaikkan jika target nasional untuk memproduksi beras bisa mencapai level 40 juta ton beras atau 63 juta ton padi tahun 2009 ini.
Apabila target nasional untuk menghasilkan 40 juta ton beras tahun 2009 dapat tercapai, setidaknya Indonesia mencatat surplus beras sebanyak 3 atau 4 juta tahun ini.
"Apabila diperbolehkan, kami bisa mengekspor beras kwalitas super dan medium, paling tidak sekitar tiga juta ton ke beberapa negara Asia seperti Malaysia, Brunei Darussalam, Timor Leste, Hongkong dan Jepang," ujarnya.
Tapi sekarang Bulog hanya konsentrasi pada beras super dan kemudian baru badan beras jenis medium setelah target nasional dapat tercapai, tegasnya.
Di Indonesia, beras memegang peranan penting karena 97 persen dari seluruh penduduk memakan nasi dan hal itu dapat terlihat dari rasio beras yang dikonsumsi oleh seseorang di negeri ini.
Indonesia mengkonsumsi sekitar 139 kg beras per orang per tahun, sementara Malaysia hanya 83 kilo per orang per tahun dan Jepang 50 kg per orang per tahun.
Realisasi ekspor beras akan dilakukan pada Maret atau April tahun ini, tergantung pada persetujuan dari menteri perdagangan. Apabila persetujuan dapat diterbitkan lebih cepat, tentunya pelaksanaan ekspor bisa lebih cepat pula, karena surat permohonan sudah diserahkan ke kantor Kementerian Perdagangan sebelumnya.
Harga beras super per metric ton berkisar US$400 dan kalau seandainya ekspor dapat mencapai level satu juta ton tahun ini saja, dengan sendirinya Indonesia akan mampu memperoleh pemasukan sebesar US$400 juta, ujarnya.
Kemampuan Indonesia mengekspor beras membuat negara lain terkagum kagum, karena Indonesia sebagai negara kepulauan yang terbesar di dunia yang pada tahun 2007 masih mengimpor beras sebanyak 1.4 juta ton dari Vietnam dan Thailand sudah dapat swasembada dan mencatat surplus beras dalam waktu relatif singkat.
Tetapi awal Januari 2008, negara ini tidak lagi mengimpor beras dan sejak Agustus 2008, Indonesia malah mencatat surplus dalam produksi beras, ujarnya dan menambahkan apabila target nasional dapat tercapai tahun ini, Indonesia akan mampu mengekspor lebih dari tiga juta ton beras per tahunnya. (*)
Pewarta:
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2009
apa dapat menaikkan harga beras di Indonesia pada musim panen ini.