"Dengan bekerja profesional, BUMN bisa membalikkan keadaan yang seharusnya pesimis menjadi bersikap optimis sehingga target-target yang ditetapkan pemerintah kepada BUMN," kata Sri Mulyani, saat berbicara pada "BUMN Executive Club Breakfast Meeting", di Kantor Perum ANTARA, Jakarta, Rabu.
Menurut Sri Mulyani, dengan pengelolaan BUMN yang lebih profesional diharapkan kinerja perusahaan lebih bagus karena didorong dengan kepercayaan yang tinggi dari para direksi dan komisaris dalam menjalankan roda perusahaan.
Ia menjelaskan, kondisi ekonomi dunia saat ini dihadapkan pada penurunan ekonomi tidak hanya di Amerika dan Eropa tetapi juga telah menjangkiti ekonomi di Asia.
Amerika Serikat misalnya telah memberikan dana talangan kepada sejumlah perusahaan besar, demikian halnya juga di Inggris.
Namun di Indonesia ujar Sri Mulyani, jangan terlalu berharap besar kepada pemerintah memberi bantuan kepada BUMN.
"Jangankan untuk membantu BUMN, untuk menyelematkan neraca keuangan negara saja pemerintah harus bekerja ekstra keras," ujarnya.
Sri Mulyani memprediksi bahwa ekonomi nasional akan terimbas krisis global, hal itu tercermin dari ekspor dan impor yang sudah mulai menurun, pasar modal yang tertekan, serta berlanjutnya penurunan harga komoditi.
"Walaupun pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2008 merupakan tertinggi di dunia, namun tetap perlu waspada terhadap dampak yang lebih besar terlihat dari kuartal terakhir tahun lalu menurun dibanding kuartal yang sama dalam dua tahun sebelumnya," ujarnya.
Ia menggambarkan bahwa kondisi BUMN di seluruh dunia saat ini berbeda dengan di masa tahun 80-an yang cenderung meningkatkan permodalan.
Sama halnya Indonesia pada 10 tahun lalu saat sekitar 70 persen dana "bail out" pemerintah digunakan untuk menyelamatkan perbankan nasional.
"Meskipun bank-bank nasional saat ini ibarat bank yang terlahir kembali, namun dampaknya masih terasa. Bahkan saya masih dipanggil KPK ditanyai bahwa BLBI itu apa, dan saat ini berapa jumlah obligor," tegasnya.
Di tengah melesunya ekonomi global, menurut Sri Mulyani, adalah salah satu langkah yang tepat dilakukan adalah meningkatkan belanja modal (capex), dengan berupaya keras melakukan efisiensi biaya.
Sri Mulyani mengimbau para pejabat di lingkungan BUMN tidak lagi hura-hura tetapi harus lebih fokus membuat neraca keuangan lebih positif dengan kata lain BUMN merugi harus dihilangkan.
Dengan demikian, kebutuhan dana perusahaan yang bersangkutan dapat terpenuhi, sekaligus sumbangan terhadap APBN bisa lebih ditingkatkan.
"Saya tidak mau melihat ada pejabat BUMN yang datang hanya meminta penambahan dana PSO (public service obligation/PSO), dana penyertaan modal negara. Semua kebutuhan dana ekspansi usaha agar dipenuhi sendiri oleh BUMN yang bersangkutan," ujarnya.(*)
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009