"Air sekarang turun ke wilayah desa-desa di kecamatan kapas, airnya deras sekali," kata seorang warga Desa Kalicilik, Kecamatan Sukosewu, Mulyo Utomo (50), kepada ANTARA, pagi tadi.
Banjir menerjang ratusan permukiman warga di Desa Kalicilik, Semawot, Klepek, Sukosewu, Semenkidul di Kecamatan Sukosewu, sejak Selasa (24/2) pukul 22.30 WIB. Hujan deras di wilayah selatan Bojonegoro itu mengakibatkan meluapnya Kali Pacal.
Selain itu, banjir bandang dengan ketinggian berkisar satu meter lebih tersebut juga merendam jalan poros kecamatan antara Kecamatan Sukosewu ke Kecamatan Kapas. Akibatnya jalan tersebut tidak bisa dilalui kendaraan roda dua maupun roda empat. Menurut Mulyo Utomo, semalaman warga di sejumlah desa di Kecamatan Sukosewu tersebut, tidak tidur karena berusaha menyelamatkan barang-barangnya karena air datang secara mendadak.
Diperkirakan, air banjir bandang tersebut pagi ini akan merambah sejumlah desa di Kecamatan Balen, termasuk jalan raya Bojonegoro ke arah Surabaya di Desa Kabunan, Kecamatan Balen. Menurut seorang warga di Desa Kabunan, Zainul (40), setelah mendengar di daerah selatan sejumlah desa di Kecamatan Sukosewu terjadi banjir bandang warga di desanya semalaman bersiaga.
"Air banjir bandang pagi ini baru datang ke desa kami, puncaknya siang ini, "katanya menjelaskan.
Zainul mengaku bahwa dengan keluarganya sekarang sudah bersiap mengungsi kalau memang air yang menerjang rumahnya cukup tinggi. Dia menyebutkan, di wilayahnya hampir setiap tahun selalu rutin diterjang banjir bandang, akibat meluapnya Kali Pacal yang airnya masuk sungai Bengawan Solo.
"Yang jelas info yang kami terima banjirnya cukup besar," katnaya.
Dihubungi terpisah, Koordinator Balai Pengendalian dan Pengamanan Balai Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Bengawan Solo di Bojonegoro, Muljono mengatakan banjir bandang itu disebabkan rusaknya daerah tangkapan air di wilayah selatan kota Bojonegoro.
"Sekarang ini di wilayah Bojonegoro dengan curah hujan 100 mm saja sudah bisa menimbulkan banjir bandang," jelasnya.(*)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009