Tidak ada alasan untuk memborong habis stok tisu toilet di supermarket,

Sydney (ANTARA) - Masyarakat di Australia memborong tisu toilet di toko-toko sepanjang pekan, menyusul keresahan atas kelangkaan produk sanitasi itu yang muncul akibat wabah virus corona, COVID-19, di wilayah negara tersebut.

Per 5 Maret 2020, kasus infeksi corona di Australia tercatat sebanyak 53 kasus, dengan 11 kasus pasien sembuh dan dua kasus kematian.

Keresahan masyarakat diperparah dengan kebakaran pada sebuah truk pengantar yang memuat tisu toilet di kota terbesar ketiga di Australia, Brisbane, pada Rabu (4/3) malam. Kejadian ini dipicu oleh ledakan pada mesin truk, menurut keterangan pihak kepolisian dan pemadam kebakaran yang menangani.

Pengemudi truk dalam menyelamatkan diri dengan keluar dari truk tanpa mengalami luka. Barang bawaan truk, termasuk produk tisu toilet, juga sebagian besar bisa diselamatkan.

Baca juga: Australia jatah kertas toilet di tengah aksi borong karena virus
Baca juga: Australia akan gunakan UU biosekuriti batasi pergerakan pasien corona

Walaupun begitu, insiden ini menjadi berita utama di sejumlah surat kabar sehingga tetap menimbulkan keresahan di masyarakat yang menganggap tisu toilet akan sulit ditemukan di pasaran.

Sebelumnya, pemerintah telah meminta warga agar tidak menimbun produk tisu toilet. Bahkan Perdana Menteri Scott Morrison juga telah berupaya menenangkan mereka agar tidak khawatir mengenai stok produk ini.

Kepala Layanan Kesehatan Brendan Murphy pada Kamis kembali berupaya menenangkan situasi dengan mengatakan, "Tidak ada alasan untuk memborong habis stok tisu toilet di supermarket."

Sejumlah supermarket juga mesti membatasi pembelian produk tisu toilet di toko mereka.

Profesor di bidang pemasaran Universitas Macquarie, Jana Bowden, menyebut upaya pemerintah mengatasi kepanikan dengan meminta masyarakat tidak melakukan aksi borong justru dapat memicu lebih banyak kepanikan dan penimbunan.

"Ketika peringatan pembatasan pembelian dipasang, konsumen akan melihatnya pertama kali sebagai pembatasan terhadap suatu kebutuhan sangat mendasar, sehingga mereka berpikir tanpa produk ini mereka tidak bisa hidup, sehingga lebih baik menimbun saja," kata Bowden.

Di tengah keresahan ini, ada pula media yang menjadikannya semacam lelucon. Misal, NT News yang menerbitkan edisi koran hari ini dengan delapan halaman kosong (yang dianggap mirip tisu toilet) dan menyebut itulah yang dibutuhkan oleh para pembaca.

Sementara di media sosial Twitter, muncul tanda pagar bertema kepanikan atas kelangkaan tisu toilet, seperti #ToiletPaperEmergency (keadaan darurat tisu toilet) dan #ToiletPaperApocalypse (kiamat tisu toilet).

Sumber: Reuters

Baca juga: Waspada COVID-19, KJRI Perth minta WNI tenang dan cermat
Baca juga: Giliran Australia evakuasi 200 warganya dari Diamond Princess

Penerjemah: Suwanti
Editor: Mulyo Sunyoto
Copyright © ANTARA 2020