Jakarta (ANTARA News) - Menko Kesra Aburizal Bakrie akan memimpin delegasi Indonesia untuk mengikuti Konferensi Rekonstruksi Gaza di Palestina, yang akan berlangsung pada 2 Maret 2009 di Sharm el-Sheikh, Mesir. "Delegasi Indonesia akan dipimpin oleh Menko Kesra pada konferensi di Mesir itu, didampingi unsur dari Deplu, sedangkan unsur departemen teknis lainnya akan bekerja setelah diketahui hasil konferensi itu," kata Kepala Bidang Tanggap Darurat dan Pemulihan, Pusat Penanggulangan Krisis Departemen Kesehatan (PPK-Depkes) dr Lucky Tjahjono, MKes saat menghubungi ANTARA di Bogor, Selasa. Usai mengikuti rapat di Kantor Menko Kesra yang membahas soal konferensi rekonstruksi itu, ia menjelaskan bahwa dalam pertemuan tersebut akan dibahas "payung besar" mengenai apa yang akan dilakukan berbagai negara yang mengikuti pertemuan antarbangsa itu. "Setelah itu, maka `payung kecil`-nya akan dibicarakan lagi di Jakarta oleh departemen teknis terkait dalam kaitan manajemen `recovery emergency` untuk membahas soal rehabilitasi rumah sakit, sanitasi, drainase air dan lainnya," kata Lucky Tjahjono, yang pada 1-8 Januari 2009 masuk dalam tim aju delegasi Indonesia untuk bantuan kemanusian bagi warga Gaza, baik melalui Yordania maupun Rafah, Mesir. Penegasan Indonesia akan berperanserta pada konferensi itu telah disampaikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono saat bertemu Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Hillary Clinton pada Kamis (19/2) di Jakarta. "Presiden menyatakan Indonesia akan berpartisipasi dalam pertemuan rekonstruksi Gaza di Mesir yang akan dihadiri juga oleh Menlu Clinton," kata Juru Bicara Kepresidenan Dino Patti Djalal. Sementara itu, Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) menyatakan bahwa pembangunan kembali Jalur Gaza setelah serangan tiga pekan Israel akan menelan biaya miliaran dolar, karena puluhan ribu orang Palestina kini tak lagi mempunyai rumah dan 400.000 lainnya masih kekurangan air bersih. Badan Pembangunan PBB (UNDP) menyatakan bahwa serangan 22 hari Israel di Jalur Gaza yang menyebabkan kehancuran besar-besaran pada bangunan umum dan pribadi, telah meninggalkan 600.000 ton puing beton. Penelitian awal memperkirakan bahwa 14.000 rumah lebih, 68 bangunan pemerintah, 31 bangunan yang digunakan oleh kelompok LSM secara keseluruhan atau sebagian rusak. "Sebagai akibatnya, UNDP memperirakan bahwa 600.000 ton reruntuhan beton perlu dibersihkan," kata pernyataan UNDP. "Ini merupakan prioritas utama," kata Jens Toyberg-Frandsen, Kepala UNDP untuk wilayah Palestina. "Puing itu bercampur dengan material beracun dan berbahaya serta mungkin mencakup senjata berbahaya. Puing itu perlu dibersihkan dengan segera untuk melidungi jiwa warga Palestina di Gaza dan untuk memudahkan akses segera ke pelayanan kemanusiaan dan sosial dasar," katanya. UNDP sedang mengusahakan 25 juta dolar AS dana untuk membersihkan puing, menghancurkan dan membersihkan tempat bangunan yang rusak, serta mengidentifikasi dan menjinakkan bom yang tidak meledak. Badan PBB itu mengatakan proyek tersebut akan menghasilkan 200.000 hari kerja untuk warga Gaza yang nganggur. Serangan 22 hari yang dilancarkan oleh Israel sejak 27 Desember 2008 terhadap penguasa Hamas di Gaza telah menyebabkan lebih dari 1.300 warga Palestina tewas.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009