Jakarta (ANTARA News) - Pusat Peraga Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (PP Iptek) di TMII akan menggelar Peneropongan Bersama Komet Lulin (C/2007 N3) pada Rabu (25 Februari 2009) pukul 19.00-20.30 WIB. Masyarakat dan pecinta astronomi yang ingin mengamati fenomena ini dapat mengunjungi PP-IPTEK pada hari dan jam itu tanpa dipungut biaya apapun, seperti disebutkan dalam situsnya di Jakarta, Selasa. PP Iptek juga menyediakan tiga teleskop gratis bagi pengunjung PP-IPTEK agar masyarakat bisa menyaksikan lebih jelas komet tersebut. Menurut pakar astronomi dari Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) Dr Thomas Djamaluddin, komet Lulin memiliki lintasan yang berbentuk parabola, sehingga bisa dipastikan komet ini hanya akan satu kali mendekati bumi, yang kemudian akan menjauh dan tidak akan kembali lagi. Dengan demikian, menjadi saksi peristiwa meluncurnya Komet Lulin mendekati Bumi adalah suatu hal yang luar biasa. Sayangnya, Djamal mengatakan, hasil hitungan menyimpulkan magnitudo (kecerlangan) komet Lulin di atas enam, sementara limit mata manusia untuk melihat adalah enam magnitudo. "Artinya komet yang sebelumnya diharapkan bisa dilihat dengan mata telanjang saat langit cerah itu ternyata dalam perhitungan terakhir, tidak bisa disaksikan langsung. Namun masih bisa disaksikan dengan menggunakan binocular yang biasa dijual di pasaran," katanya. Komet Lulin bisa dilihat pada malam 23 Februari hingga 2 Maret pada rasi Leo, namun titik terdekatnya terjadi pada Selasa (23/2) dan Rabu (24/2) serta lebih mudah dilihat pada malam menjelang subuh, katanya. Pilihan PP Iptek pada hari Rabu malam untuk menyaksikan komet, menurut dia, karena saat itu sedang terjadi bulan mati, sehingga tak ada gangguan cahaya bulan. Komet Lulin (C/2007 N3) merupakan satu dari 233 komet yang gambarnya dapat ditangkap oleh pengamat yang ada di Bumi pada tahun 2007. Lulin ditemukan pada tanggal 11 Juli 2007 oleh Quanzhi Ye, seorang mahasiswa berumur 19 tahun dari Sun Yat-sen University, China, sementara fotonya diambil oleh Chi Sheng Lin dari National Central University, Taiwan, dengan menggunakan teleskop berdiameter 16 inchi di Observatorium Lulin. Komet ini tergolong sangat redup sehingga tak mudah mengamatinya. Namun, seiring dengan semakin mendekatnya komet ini ke Bumi, maka Lulin akan terlihat semakin terang. Lulin kemudian akan segera menjauh dan tak pernah kembali lagi.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009