Jakarta, (ANTARA News) - Bank Indonesia menyatakan bahwa kondisi perbankan nasional secara umum masih baik dan kuat menahan pengaruh krisis keuangan global karena besarnya permodalan dan sehatnya kredit yang diberikan.
"Secara umum kondisi perbankan kuat menahan krisis karena CAR (rasio kecukupan modal) tinggi dan juga NPL (kredit bermasalah) rendah serta likuiditas yang cukup tersedia," kata Direktur Direktorat Penelitian dan Pengaturan Perbankan BI Halim Alamsyah di Jakarta, Selasa.
Menurutnya, data hingga Januari menunjukkan angka-angka perbankan masih solid, termasuk di dalamnya jumlah utang valas dan Net Open Position (NOP) yang masih rendah.
"Beberapa bank memang merugi karena transaksi valas, tetapi umumnya bank-bank itu punya bantalan modal modal yang kuat dan pencadangan yang tinggi," kata Halim.
Sementara mengenai pengaruhnya terhadap kredit bermasalah perbankan (NPL), Halim memperkirakan jumlahnya tidak akan terlalu besar dan baru akan kelihatan pada semester kedua atau Juni mendatang.
"Perkiraan kita pada Juni, NPL gross bisa naik di atas 5 persen tetapi tidak lebih dari 6 persen. Tetapi secara netto NPL masih akan di bawah 1 persen," katanya.
Sebelumnya, BI mencatat tingkat kredit bermasalah atau Non Performing Loan (NPL) perbankan pada 2008 sebesar 4 persen (gross) dan NPL netto sebesar 1,5 persen.
Sementara untuk pertumbuhan kredit pada 2009, BI memperkirakan tumbuh sekitar 15 persen atau turun dari prediksi sebelumnya sebesar 18 persen.
Penurunan pertumbuhan kredit ini merupakan dampak dari melemahnya pertumbuhan ekonomi nasional yang diperkirakan hanya sekitar 4,5 persen pada 2009. (*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2009