London (ANTARA News) - KBRI Moskow mengirimkan staf untuk melacak dan memberi perlindungan kepada anak buah kapal (ABK) The New Star yang ditembak penjaga pantai Rusia di wilayah Valdivostok, Rusia.
Counsellor KBRI Moskow, M. Aji Surya, kepada koresponden ANTARA London, Senin, mengatakan Dubes RI di Moskow Hamid Awaluddin telah memerintahkan untuk melakukan pelacakan dan perlindungan kepada warga negara Indonesia (WNI) yang menjadi ABK di kapal tersebut.
Menurut Aji, Dubes memerintahkan Penanggungjawab Fungsi Konsuler, Dewanto dan Staf Fungsi Penerangan, Enjay, untuk melakukan pembicaraan dengan Kementerian Luar Negeri Rusia.
Aji mengemukakan, pembicaraan yang cukup panjang itu membuahkan izin lisan agar staf KBRI diperbolehkan bertemu dengan para WNI di kota Nakhodka, 300 km dari Vladivostok.
Menurut Aji, awalnya beredar kabar mengenai penembakan terhadap kapal berbendera Sierra Leone milik warga China karena meninggalkan pelabuhan tanpa izin.
"Bahkan sempat tersiar isu kapal itu melakukan penyelundupan barang ke wilayah Rusia," kata Aji.
Namun. lanjut dia, peristiwa tersebut terajdi di tengah lautan dan berada ribuan km dari Moskow sehingga kabar yang tersiarpun samar-samar dan berasal dari satu sumber .
Aji mengemukakan, tidak ada yang menyangka di kapal tersebut ada enam WNI termasuk nahkoda bernama Adi Mazwir, pria kelahiran Padang tahun 1949.
Beberapa diplomat Indonesia mendapatkan informasi dari berbagai sumber dan nota dari Kementerian Luar Negeri Rusia tentang kebenaran berbagai berita tersebut.
Terdapat informasi bahwa satu dari enam WNI belum diketemukan sementara lainnya selamat.
Staf KBRI mengontak wakil Kementerian Daerah Vladivostok yang memberitakan bahwa lima ABK dalam keadaan baik dan berada di Hotel Nakhodka.
Aji juga mengemukakan terdapat informasi bahwa nakhoda berada dalam tekanan ABK warga China sehingga terpaksa melakukan perlarian yang dianggap melanggar hukum oleh aparat setempat.
Kapal akhirnya balik arah setelah lambungnya berlobang dan tidak mungkin melakukan perjalanan lagi.
Setelah komunikasi baik di Moskow maupun di Vladivostok, tim KBRI meluncur ke Nakhodka, kota pelabuhan tempat New Star sempat berlabuh untuk menurunkan muatan.
Sesampainya di kota tersebut, Tim KBRI bersama beberapa petugas Rusia menuju hotel sementara komunikasi dengan Dubes di Moskow terus berjalan dengan intens.
Tim KBRI akhirnya berhasil menemui empat ABK yang berada di hotel dalam keadaan sehat, namun satu ABK masih hilang sedangkan nahkoda berada di Rumah Sakit.
Hotel yang disediakan Pemerintah Rusia untuk ABK Indonesia di kota Nakhodka, 300 km dari Vladivostok . "Kondisinya bersih dan kami dapat makan dua kali sehari," kata Andrianus Kudato salah seorang ABK yang selamat seperti dikutip Aji.
Perlakuan pemerintah kepada keempat ABK tersebut cukup baik dan santun dan mereka juga melakukan kontak dengan keluarga di tanah air. "Semua sudah tahu bahwa kita selamat, kecuali Dwi Sutrisno yang sekarang masih dalam pencarian," ujar Andrianus Kudato seperti dikutip Aji.
Kapal New Star tersebut memiliki 16 ABK yang terdiri dari enam warga Indonesia dan sisanya berasal dari China.
Seorang ABK Indonesia berserta tujuh ABK China sampai saat ini masih dalam pencarian.
Hilangnya beberapa ABK adalah akibat gelombang pasang yang tingginya mencapai tujuh meter sehingga sekoci mereka terbawa arus. Para korban selamat ditolong oleh kapal yang lewat.
Para ABK yang selamat mengaku terapung selama lebih dari setengah jam dengan suhu luar sekitar minus tujuh derajat. Sekoci yang turun di bagian kiri kapal sedikit terlindungi kapal yang sudah miring.
"Kemungkinan sekoci di kanan kapal terbawa ombak yang sedang ganas" kata seorang ABK kepada tim KBRI. Mereka yang tergabung dalam sekoci sisi kiri kapal selamat.
Kapal milik China ini dinahkodai Adi Mazwir, kelahiran Padang pemegang seaman book nomor R. 054289 dan baru bergabung dengan kapal pengangkut beras tersebut Januari lalu di Bangkok.
Dubes Hamid Awaludin mengontak Adi Mazwir yang mengaku dirawat di rumah sait karena diabetes.
ABK Indonesia yang selamat adalah Alwi dari Binjai Medan, Fachruddin Fahmi dari Gresik, Bernet Deny dari Pekayon Bekasi dan Andrianus Kudato tinggal di Tanjung Priok Jakarta.
Satu ABK yang belum ditemukan adalah Dwi Sutrisno, kepala kamar mesin, seaman book nomor p 036349, suami Maemunah tinggal di Sidoarjo bergabung dengan kapal di Qindao September tahun lalu.
"Saat ini KBRI Moskow terus mengadakan koordinasi dengan pihak terkait di Rusia untuk memantau perkembangan, termasuk usaha penyelamatan satu ABK Indonesia. Kita berharap dapat mendapatkan kabar dalam waktu tidak lama," kata Dubes Hamid Awaludin. (*)
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009