Jakarta (ANTARA News) - Kurs rupiah di pasar spot antarbank Jakarta, Selasa pagi, melemah 50 poin setelah hari sebelumnya menguat tajam hingga di bawah angka Rp12.050 per dolar AS, setelah Indonesia mendapat cadangan devisa siaga dari kesepakatan forum ASEAN+three.

Nilai tukar rupiah turun menjadi Rp11.960/11.995 per dolar dibanding penutupan hari sebelumnya Rp11.910/920 atau melemah 50 poin.

Analis Valas PT Bank Himpunan Saudara, Rully Nova di Jakarta, mengatakan, rupiah masih berada di bawah angka Rp12.000 per dolar AS, meski hari ini terkoreksi.

Koreksi harga terhadap rupiah, karena pelaku pasar mencari untung setelah mata uang Indonesia mengalami kenaikan pada hari sebelumnya, katanya.

Menurut dia, pelaku masih bersikap hati-hati untuk melepas rupiah dalam jumlah yang besar, karena mereka masih memfokuskan perhatian terhadap cadangan devisa siaga Indonesia yang semakin meningkat.

Cadangan devisa Indonesia saat ini yang ada di Bank Indonesia (BI) saat ini telah merosot hingga mencapai 51 miliar dolar, turun dari sebelumnya sebesar 58 miliar dolar, katanya.

Tambahan cadangan devisa itu, lanjut dia, memberikan kepercayaan kepada masyarakat bahwa pemerintah sangat serius menjaga kestabilan mata uang rupiah yang selama ini tertekan pasar, akibat krisis keuangan global.

Pemerintah selain itu juga mendorong pertumbuhan ekonomi dengan menerbitkan obligasi di pasar Jepang setelah pemerintah Jepang menjamin bahwa pasar sangat positif terhadap obligasi itu, katanya.

Ia mengatakan, pemerintah juga menerbitkan obligiasi sukuk ritel di dalam negeri yang mendapat respon pasar.

Hal ini memberikan nilai positif terhadap pergerakan rupiah kedepan meski saat ini terkoreksi akibat aksi mencari untung (profit-taking) para pelaku pasar, ucapnya.

Rupiah diperkirakan pada semester kedua 2009 akan kembali membaik dan bisa berada di posisi Rp11.000 per dolar asalkan pasar global tidak bergejolak lebih jauh.

Apalagi pemerintah AS juga menerbitkan obligasi untuk mendorong pertumbuhan ekonomi tumbuh lebih yang pada giliran akan memicu pertumbuhan ekonomi global, ucapnya. (*)

Pewarta:
Copyright © ANTARA 2009