"Dengan teleskop, di Indonesia mulai tampak pada pukul 21.00 WIB dan mencapai titik tertinggi sekitar pukul 01.00 WIB dini hari dan terbenam menjelang subuh lalu meredup," kata pakar astronomi dari Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) Dr Thomas Djamaluddin dari Bandung, Senin.
Komet yang datang dari awan Oort yang sangat jauh, satu tahun cahaya dari bumi itu, ujarnya, bisa diketahui hanya sekali muncul dari lengkungan orbitnya yang berbentuk hampir parabola.
Hal menarik lainnya adalah orbitnya mendekati bidang orbit rata-rata planet di tata surya dan arahnya berkebalikan dari arah gerak planet umumnya sehingga tampak bergerak relatif cepat di antara bintang-bintang, tidak seperti komet umumnya.
Komet berwarna kehijauan karena kandungan ion-ionnya dan ditemukan pada 2007 itu mencapai titik terdekat dengan matahari pada 10 Januari 2009 lalu pada jarak 182 juta km.
Kecerlangan komet berekor pendek itu belum diketahui berapa besar, sehingga belum diketahui apakah bisa dilihat dengan mata telanjang atau tidak.
"Dengan teleskop posisinya pada malam 23 Februari-2 Maret berada pada rasi Leo dan pada 24 Februari dekat Saturnus," kata Djamal.
Semula objek tersebut dikira asteroid, namun dalam pengamatan selanjutnya ketika semakin dekat matahari mulailah terlihat kepala komet yang terbentuk dari debu dan ion hasil penguapan dan ionisasi inti komet.(*)
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009
