Banda Aceh (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengharapkan tidak ada yang mengganggu perdamaian di Aceh pasca ditandatanganinya kesepakatan damai Helsinki yang merupakan pilihan masyarakat Aceh keluar dari konflik.

"Saya berharap tidak ada siapa pun yang mengganggu pilihan masyarakat Aceh untuk merasakan perdamaian karena ini adalah jalan yang kita pilih dan kita kehendaki. Untuk itu mari kita selamatkan dan lanjutkan perdamaian di Aceh," kata Presiden di Banda Aceh, Senin.

Hal itu disampaikan Presiden pada peresmian sejumlah proyek Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi (BRR) Aceh-Nias serta yang didanai oleh APBN di Lapangan Blang Padang Banda Aceh.

Presiden juga menegaskan, bahwa jalan yang dipilih pasca MoU Helsinki adalah Aceh dengan otonomi yang luas dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Untuk itu Presiden berharap tidak ada yang keluar dari konsep perdamaian dan meminta agar menghentikan cara pandang yang masih terkungkung pada masa konflik dan memasuki lembar kehidupan yang baru.

"Tidak ada lagi istilah Daerah Operasi Militer (DOM) maupun Gerakan Aceh Merdeka (GAM) lagi. Hilangkan pikiran-pikiran lain yang hanya mementingkan pribadi kecuali untuk mensukseskan proses perdamaian," kata Presiden

Kepala negara juga setuju dengan Gubernur Aceh Irwandi Yusuf dan mengajak semua pihak untuk terus mendukung proses reintegrasi.

"Dengan harapan dan ajakan itu, saya punya keyakinan tinggi dapat terus melanjutkan proses rehabilitasi dan rekonstruksi serta reintegrasi," tambah Presiden.

Presiden akan berada di Aceh selama dua hari untuk meresmikan 13 proyek dengan total nilai Rp715, 3 miliar dan bertemu dengan tokoh masyarakat maupun tokoh agama di Aceh.

Sejumlah proyek yang diresmikan antara lain, Taman internasional Aceh Thanks The World senilai Rp2,4 miliar, Museum Tsunami senilai Rp67,9 miliar.

Proyek lain yaitu Pelabuhan penyeberangan Ulee Lheue senilai Rp74,2 miliar, Politeknik Aceh senilai Rp160 miliar, Bendungan Keuliling senilai Rp270,3 miliar, Kapal Motor Penyeberangan BRR senilai Rp26,4 miliar.

Terkait proyek-proyek tersebut yang akan menjadi aset Pemerintah Aceh, Presiden mengharapkan masyarakat menggunakan bantuan tersebut sebaik-baiknya dan menjadikan sebagai sarana untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat.

"Saya berharap infrastruktur yang sudah dibangun oleh BRR bekerjasama dengan donatur maupun yang didanai oleh APBN digunakan dan dipelihara sebaik-baiknya," ujar Presiden.

Menurutnya, peresmian proyek-proyek tersebut merupakan ekspresi rasa syukur kepada Allah SWT dan tentunya untuk membulatkan tekad menjaga, mengamankan dan menyelamatkan proses perdamaian.
(*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2009