Jakarta (ANTARA News) - Menteri ESDM Purnomo Yusgiantoro mengungkapkan, pendanaan proyek 10.000 MW yang berasal dari China tersandera karena adanya permasalahan pembelian pesawat oleh PT Merpati Nusantara Airlines (MNA) dari perusahaan asal negara Tirai Bambu itu.
""Tim pemerintah akan berangkat ke China guna melakukan trade off` pendanaan 10.000 MW dengan pembelian pesawat Merpati dari Xian Aircraft," kata Menteri ESDM Purnomo Yusgiantoro dalam rapat kerja dengan Komisi VII DPR di Jakarta, Senin.
Menurut dia, permasalahan tersebut sudah masuk ke ranah politik.
Ia juga mengatakan, permasalahan Merpati tersebut berpotensi masuk ke arbitrase internasional.
Menurut dia, selain trade off tersebut, tim pemerintah juga menegosiasikan harga gas alam cair (liquified natural gas/LNG) Tangguh, Papua.
Anggota Komisi VII DPR Effendi Simbolon mempertanyakan, kesiapan pemerintah melakukan proyek 10.000 MW tahap kedua sementara tahap pertama banyak menghadapi masalah.
Merpati berencana membeli 15 unit pesawat dari Xian Aircraft Industry Co Ltd (XAC), namun belakangan berpotensi dibatalkan karena diduga terjadi penggelembungan harga dan ketidakjelasan spesifikasi pesawat yang dipesan.
Kontrak kerja sama pengadaan dilakukan pada 7 Juni 2006. Dua dari 15 pesawat pesanan telah tiba di Jakarta pada 6 September 2006, tetapi hingga kini Merpati belum mengambil sisa 13 pesawat yang dipesan itu.
Harga pesawat yang ditawarkan senilai 15 juta dolar AS per unit dinilai terlalu mahal, dari harga normal pesawat sejenis sekitar 11 juta dolar AS.
Sebelumnya, Dirut PLN Fahmi Mochtar mengatakan, permasalahan pendanaan dari perbankan China telah menghambat pekerjaan fisik megaproyek 10.000 MW tahap pertama tersebut.
Total pendanaan proyek 10.000 MW yang berasal dari China mencapai tiga miliar dolar AS dari total kebutuhan delapan miliar dolar AS. (*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2009