Propolis tersebut terbukti memiliki komponen penghambat alami yang dapat digunakan untuk menghasilkan obat,

Depok (ANTARA) - Peneliti dari Fakultas Teknik Universitas Indonesia (FTUI), Dr. Eng. Muhamad Sahlan mengembangkan senyawa propolis asli Indonesia yang dihasilkan oleh lebah Tetragonula biroi aff, sebagai alternatif pengobatan dan pencegahan penyebaran virus corona atau COVID-19.

"Propolis tersebut terbukti memiliki komponen penghambat alami yang dapat digunakan untuk menghasilkan obat dengan efek negatif minimal baik terhadap tubuh manusia maupun sumber daya alam yang tersedia," kata Sahlan dalam keterangan tertulisnya, di Kampus UI Depok, Rabu.

Sahlan menuturkan bahwa komposisi propolis tidak selalu sama di seluruh dunia. Pada penelitian ini, senyawa propolis berasal dari lebah Tetragonula biroi aff, perlu dipahami bahwa propolis memiliki karakteristik berbeda tergantung pada sumber tanaman dan lokasinya. Perbedaan sumber tanaman, lokasi, serta proses penelitiannya akan membedakan pula senyawa-senyawa propolis yang dihasilkan.

Saat ini beberapa negara tengah mengembangkan obat dan vaksin untuk COVID-19. Salah satunya adalah China yang mengembangkan obat berdasarkan penelitian yang dipublikasikan oleh Prof. Yang dari Shanghai Tech University pada Januari 2020.

Baca juga: Wapres: Wabah corona kesempatan untuk kembangkan obat dalam negeri

Pada penelitiannya, Prof. Yang berhasil memetakan struktur protein virus corona dimana ditemukan bahwa virus corona penyebab COVID-19 harus menempel pada sel hidup (dalam hal ini paru-paru manusia) sebelum menyuntikkan struktur genetiknya pada sel hidup tersebut untuk berkembang biak. Untuk memutus aktivitas ini, dikembangkan senyawa kimia penghambat bernama N3 sebagai alternatif obat untuk COVID-19.

"Yang menarik bagi saya, propolis yang saya teliti ini memiliki sifat menghambat proses menempelnya virus terhadap sel manusia yang mirip dengan senyawa N3. Dengan menggunakan struktur model COVID-19 yang ada, senyawa-senyawa propolis diujikan untuk melihat apakah dapat membentuk ikatan pada virus COVID-19 bila dibandingkan dengan ikatan senyawa N3," kata Sahlan yang telah sembilan tahun meneliti tentang propolis.

Baca juga: Perusahaan Jepang kembangkan obat untuk virus corona

Hasil pengujian memperlihatkan bahwa tiga dari sembilan senyawa yang ada di propolis asli Indonesia memiliki kekuatan menempel yang cukup baik pada virus COVID-19. Bila senyawa N3 memiliki nilai -8, senyawa Sulawesins a memiliki nilai -7.9, Sulawesins b (-7.6) dan deoxypodophyllotoxin (-7.5).

"Jadi, semakin negatif nilai yang dimiliki menunjukkan semakin besar kemampuan senyawa menempel pada virus COVID-19. Hal ini membuat virus tidak dapat menempel pada sel hidup manusia untuk kemudian berkembang biak," ujar Sahlan tentang hasil pengujiannya.

Dekan FTUI Dr. Ir. Hendri D.S. Budiono, mengatakan tentu saja penelitian ini belum masuk kedalam tahapan klinis karena Indonesia baru mengumumkan pasien positif corona pada Senin (2/3) lalu.

Akan tetapi hasil penelitian ini tentu sangat menjanjikan untuk dikembangkan menjadi alternatif obat dari Indonesia untuk menyembuhkan maupun mengurangi perkembangan virus corona tidak hanya di Indonesia tetapi juga ke negara lain.

Saat ini penelitian yang dilakukan Sahlan dan timnya sedang pada tahap mengenali senyawa-senyawa yang potensial untuk dikembangkan sebagai obat COVID-19. Tahapan selanjutnya adalah pengoptimasian senyawa-senyawa tersebut sebelum dilakukan uji klinis dan pengembangan obat.

Baca juga: Obat penyakit COVID-19 mulai langka di AS
Baca juga: Ahli jelaskan alasan obat malaria bisa digunakan untuk COVID-19

Pewarta: Feru Lantara
Editor: Desi Purnamawati
Copyright © ANTARA 2020