Banda Aceh (ANTARA News) - Konferensi Internasional untuk Studi Aceh dan Kawasan Samudera Hindia (ICAIOS) kembali digelar selama dua hari sejak Senin (23/2) yang membahas tentang konflik sipil dan cara mengatasinya. "Konferensi ini akan digelar di dua tempat yaitu gedung pasca sarjana Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ar Raniry dan Pusat Aktivitas Akademi (AAC) Dayan Dawood Universitas Syiah Kuala (Unsyiah)," kata peneliti senior pada Asia-Pacific Studies of the Renvall Institute, University of Helsinki, Dr Leena Avonius kepada wartawan di Banda Aceh, Minggu. Konferensi tersebut merupakan hasil kerjasama antara Asia Research Institute/Lembaga Penelitian Asia dari NUS (National University of Singapore), Singapore, dan ICAIOS Centre yang baru-baru ini dibentuk di kampus Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh. Konferensi kali ini mengenai konflik sipil dan cara mengatasinya diangkat karena melihat konflik di Aceh yang berlangsung begitu lama dengan Pemerintah Indonesia sejak 1953 telah berhasil diselesaikan melalui kesepakatan damai (MoU) Helsinki. MoU Helsinki 2005 telah menumbuhkan rasa optimis dan menjadikan Aceh tempat penting dalam sejarah tujuan resolusi konflik. Para pembicara keynote dalam konferensi antara lain mantan Presiden Finlandia Martti Ahtisaari yang juga Pemenang Nobel Perdamaian Laureate, Dr Rizal Sukma CSIS, Jakarta, serta Sidney Jones International Crisis Group. Selain dari tema konflik dan perwujudan kedamaian, konferensi ini juga akan fokus mengenai sejarah, ekonomi, budaya, agama dan gender di Aceh.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009