Washington (ANTARA News) - Amerika melaporkan hampir lima juta orang memanfaatkan tunjangan pengangguran, suatu jumlah yang tinggi di tengah resesi, sementara Inggris sedang mengupayakan konsensus untuk mengatasi krisis ekonomi global.
Data memperlihatkan peningkatan jumlah klaim tunjangan pengangguran sebesar 170.000 menjadi 4,987 juta klaim untuk pekan yang berakhir 7 Pebruari. Angka ini adalah yang tertinggi sepanjang masa lainnya, kata Departemen Tenaga Kerja AS, seperti dilaporkan AFP.
Peningkatan yang cepat jumlah orang yang kehilangan lapangan kerja di perekonomian terbesar dunia itu, yang telah dibelit resesi selama lebih dari setahun, tampak jelas dalam angka sementara jumlah klaim pengangguran.
Para analis mengemukakan terus bertambahnya jumlah orang yang meminta tunjangan pengangguran merupakan berita buruk bagi belanja konsumen, yang mendorong hampir dua pertiga perekonomian AS.
"Jumlah klaim yang terus bertambah telah mencapai rekor tinggi. Angka ini mencerminkan betapa sulitnya orang mencari lapangan kerja baru pada saat ini dan memicu orang, jika memungkinkan, untuk lebih banyak menabung," kata Patrick O'Hare dari Briefing.com.
Presiden Obama telah menandatangani paket stimulus senilai 787 miliar dolar, dan juga sejumlah paket stimulus digulirkan di seluruh dunia sehingga memunculkan tuduhan proteksionisme.
Menteri Keuangan Cheko, Miroslav Kalousek mengecam proteksionisme sebagai "jalan menuju neraka" dan mengeritik paket stimulus AS.
"Kita harus mencegah para pemimpin populis melancarkan kampanye "Buy Czech, Buy America dan Buy French," kata Kalousek.
Cheko pada awal tahun ini mendapat giliran sebagai Presiden Uni Eropa.
Baik Prancis maupun AS telah mendapat kritikan atas rencana-rencana mereka yang menelan biaya mahal untuk membantu perekononomian mereka yang menghadapi masalah berat.
Para pengamat melukiskan langkah mereka sebagai proteksionis.
Bank sentral Jepang mengumumkan berbagai rencana untuk menggelontorkan dana lebih dari 10 miliar dolar guna membeli obligasi perusahaan dalam upaya mengatasi ketatnya kucuran kredit.
<b>Korban terus berjatuhan</b>
Berita-berita perusahaan yang kurang menggembirakan terus bermunculan.
Perusahaan reasurasi terbesar dunia, Swiss Re, melaporkan kerugian senilai 735 juta dolar pada 2008 dan raksasa perbankan Prancis, BNP Paribas, menderita kerugian sebesar 1,7 miliar dolar.
BNP Paribas mengaitkan kerugian yang dialaminya pada "memburuknya iklim ekonomi di AS, Spanyol dan Ukraina serta semakin dalamnya krisis keuangan global.
Perusahaan industri pesawat Brazil, Embraer, mengemukakan pihaknya akan merumahkan 20 persen angkatan kerjanya yang berjumlah 21.000 orang, akibat "krisis yang belum pernah terjadi yang melanda ekonomi global. (*)
Pewarta:
Copyright © ANTARA 2009
Semua transaksi luar negeri agar tidak dipusatkan pada Amerika saja, tetapi disebarkan ke negara lain yang ekonominya cukup stabil dan dengan menggunakan mata uang Indonesia atau negera lawan, jangan menggunakan mata uang USD, sehingga pengaruh krisis akan berkurang bagi Indonesia...