Jombang (ANTARA News) - Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Cabang Jombang memerintahkan Puskesmas Keliling meninggalkan Dusun Kedungsari, Desa Balongsari, Kecamatan Megaluh, yang menjadi tempat praktik dukun cilik, Ponari.
"Para dokter di sana banyak yang mengeluh karena dianggap mendukung praktik pengobatan yang tidak bisa dipertanggungjawabkan secara medis. Akhirnya kami mengeluarkan surat perintah agar dokter dan mobil Pukskesmas Keliling ditarik," kata Ketua IDI Cabang Jombang, dr. Pudji Umbaran, Minggu.
Sikap IDI itu bertentangan dengan Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Jombang yang sebelumnya mengerahkan sejumlah dokter dan mobil Puskesmas Keliling secara bergantian untuk memberikan pertolongan kepada pasien yang pingsan karena berdesak-desakan saat mengantre berobat di rumah dukun cilik itu.
"Logikanya, kalau memang Ponari bisa mengobati, tentu tidak harus dokter yang turun tangan. Mereka yang pingsan atau luka, seharusnya bisa diobati oleh Ponari," kata Pudji.
IDI Jombang tidak mempersoalkan beda pandangan dengan Dinkes Kabupaten Jombang. "Memang seharusnya masalah itu menjadi tanggung jawab Dinkes," katanya.
Menurut Pudji, aparat Desa Balongsari tidak bertanggung jawab terhadap segala hal yang terjadi di rumah Ponari. "Aparat desa di sana saja apatis, masak para dokter harus mengurusi," katanya.
Sementara itu Pengasuh Pondok Pesantren Darul `Ulum, Peterongan, Jombang, K.H. Zulfikar As`ad, meminta pemerintah daerah setempat segera menertibkan "menjamurnya" praktik pengobatan dengan menggunakan batu seperti yang dilakukan oleh Ponari.
"Seharusnya dinas terkait segera turun tangan dengan melakukan uji klinis terhadap air celupan batu yang dibagikan kepada masyarakat," kata salah satu pendiri Akademi Perawatan (Akper) Darul `Ulum Jombang itu.
Menurut dia, tindakan tegas pemerintah itu sangat diperlukan, mengingat sejak kemunculan Ponari, di Jombang kini sudah mulai banyak orang yang mengaku mendapatkan batu ajaib seperti yang dialami bocah berusia sembilan tahun itu.
Beberapa saat setelah tempat Ponari didatangi ribuan warga, seorang bocah perempuan berusia 13 tahun di Dusun Pakel, Desa Brodot, Kecamatan Bandar Kedungmulyo, Kabupaten Jombang, juga membuka praktik serupa.
Sayangnya baru berjalan tiga hari, tempat praktik Dewi Setiowati itu ditutup warga, Kamis (19/2) lalu setelah sejumlah pasien mengaku tertipu oleh ulah Slamet (45), ayah Dewi.
Sehari kemudian, seorang ibu rumah tangga yang tinggal di Perumahan Tambakasri I-13, Desa Tambakberas, Jombang, juga melakukan hal yang sama, Jumat (20/2) lalu.
Siti Nur Rohmah (35), mengaku mendapatkan batu ajaib saat mengantarkan anaknya ke Lembaga Kelompok Bermain Al Asna di Jalan Dayu Jombang. Setelah melapor ke polisi dan mengungkapkan batu pipih seukuran telapak tangan itu bisa menyembuhkan sakit gigi yang dialaminya, ratusan warga berbondong-bondong mendatangi rumah istri pelayan toko elektronik itu.
"Lama-kelamaan fenomena ini semakin mengkhawatirkan, kalau tidak segera ditindaklanjuti dengan sikap tegas aparat dan pemerintah daerah," kata K.H. Zulfikar As`ad.(*)
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009