“Kalau kita lihat, di tengah situasi ini, PMI kita 51,9 Februari, tertinggi dalam enam hingga tujuh bulan terakhir. Tapi, kalau kita lihat tetangga kita Vietnam, Jepang, Korea, Taiwan, bahkan China itu di bawah 50. bahkan yang China itu 35,9. Oleh karena itu, ini momentum baik untuk didorong agar utilisasi pabrik ditingkatkan,” kata Airlangga saat menghadiri rapat kerja Kementerian Perdagangan di Jakarta, Rabu.
Menurut Ketua Umum Partai Golongan Karya tersebut, momentum ini juga menjadi peluang Indonesia untuk menarik investasi dari luar negeri.
Dalam hal ini, Airlangga percaya bahwa Indonesia mampu menjadi salah satu negara dalam rantai pasok global untuk mendukung kinerja manufaktur di dunia.
“Jadi, risiko global supply chain bisa diantisipasi dari Indonesia, dan tentu kita melihat bahwa untuk antisipasi, yang disampaikan Presiden Joko Widodo sudah benar, kita akan mempermudah impor maupun ekspor,” ujar Airlangga.
Jadi, hal-hal yang bersifat administratif untuk ekspor maupun impor akan disederhanakan dan dimudahkan.
Untuk ekspor diharapkan di semua titik ekspor, semua dokumen yang dibutuhkan dapat dipersiapkan dengan lengkap, misalnya sertifikat kesehatan, atau sertifikat asal barang.
Kemudian, untuk impor bahan baku, pemerintah akan mempermudah impor untuk tujuan ekspor, yang memang sudah ada dalam Kemudahan Impor Tujuan Ekspor (KITE), namun cakupannya akan diperluas.
“Artinya, untuk menjaga momentum peningkatan ekspor, sedang dikaji. Kemungkinan relaksasi, apakah itu Pajak Penghasilan (PPH) atau bea masuk sehingga bahan baku bisa langsung dimanfaatkan untuk produksi dan ini jadi salah satu paket yang sedang disiapkan untuk paket stimulus kedua,” ujar Airlangga.
Baca juga: Airlangga yakini transformasi ekonomi lebih kuat dengan teknologi
Baca juga: UE tingkatkan standar 3-MCPD, Airlangga: diskriminatif untuk sawit
Baca juga: Menko Airlangga: Virus corona pengaruhi farmasi dan pariwisata
Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Subagyo
Copyright © ANTARA 2020