"Ngak setujulah, kalau TPA Leuwigajah difungsikan kembali kami takut tragedi longsor kembali terjadi lagi," kata seorang warga korban longsor, H. Anang Suherlin (73), kepada ANTARA, usai doa bersama (istighasah) memperingati empat tahun tragedi longsor TPA Leuwigajah, di Kampung Cilimus Desa Batujajar, Kabupaten Bandung Barat, Sabtu.
Ia mengaku trauma karena dampak longsor empat tahun silam belum lenyap dari ingatannya, demikian pula ratusan warga lainnya.
"Trauma kita saja belum hilang, eh ini mau memfungsikan kembali TPA Leuwigajah di tempat kami," katanya seraya menyebut warga sekitar lokasi TPA Leuwigajah bukan binatang.
"Cukup sampai di sini saja, TPA Lewigajah difungsikan. Kami ini bukan binatang," kata dia.
Ia mengungkapkan, dampak operasionalisasi TPA Leuwigajah masih terasa hingga sekarang dimana air sumur rumah warga menjadi berbau, banyak lalat dan bau menyengat yang setiap hari mesti mereka hirup.
Warga berharap Pemprov Jabar lebih bijaksana dalam mengambil keputusan memfungsikan kembali TPA Leuwigajah.
Menanggapi hal ini, Deputi Bidang Lingkungan Hidup, Kementrian Lingkungan Hidup RI, Guntur Adnan, membujuk untuk tidak mengkhawatirkan rencana Pemprov Jabar yang akan memfungsikan kembali TPA Leuwigajah.
"Sampai saat ini pihak kami belum menerima laporan dari Pemprov Jabar tentang rencana tersebut," katanya.
Menurut dia, difungsikannya kembali TPA Leuwigajah bukan berarti sampah dari kota Cimahi dan Bandung akan langsung dibawa ke TPA Leuwigajah. (*)
Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2009