Washington (ANTARA News/Reuters) - Sebuah kaji ulang yang dilakukan seorang perwira Angkatan Laut AS yang mendapat tugas dari Presiden Barack Obama, menemukan bukti bahwa pusat penahanan tersangka teroris di Teluk Guantanamo telah memenuhi standard-standard kemanusiaan seperti dicantumkan Konvensi Jenewa, demikian seorang pejabat AS, Jumat.

Pejabat yang meminta dirahasiakan jati dirinya ini menyatakan, kaji ulang yang dilakukan Laksamana Patrick Walsh menyimpulkan bahwa penjara khusus para tersangka teroris itu telah memenuhi Pasal Tiga dari Konvensi Jenewa berkaitan dengan perlakukan berperikemanusiaan kepada para tahanan.

Hasil kaji ulang seketika dikritik oleh Uni Kebebasan Sipil Amerika sebagai lelucon.

Dalam salah satu langkah kebijakannya bulan lalu, Obama telah memerintahkan Penjara Guantanamo yang selama ini menjadi sasaran kritik gencara dari para aktivis HAM dan banyak pemerintahan dunia, ditutup dalam kurun setahun.

Obama juga memerintahan Menteri Pertahanan Robert Gates untuk mengkajiulang kondisi kemanusiaan di Guantanomi dalam waktu 30 hari guna menjamin para tahanan diperlakukan secara manusiawi. Gates lalu menunjuk Walsh, wakil panglima operasi angkatan laut, untuk melakukan kaji ulang itu.

Walsh dibebaskan untuk membuat rekomendasi-rekomendasi dan pengamatan-pengamatan, demikian pula dengan penyusunan kesimpulan, kata sang pejabat anonom itu tanpa menjelaskan secara detail apakah Walsh telah membuat rekomendasi dan pengamatan itu.

Koran New York Times, mengutip dua pejabat pemerintah yang membaca hasil kaji ulang Walsh, melaporkan bahwa Walsh telah membuat rekomendasi untuk meningkatkan kontak manusia diantara para tahanan penjara yang juga menjadi pangkalan Angkatan Laut AS di Kuba itu.

Direktur Eksekutif ACLU Anthony Romero menyatakan, laporan kaji ulang Pentagon di Guantanamo tidak lebih dari upaya cuci tangan dari praktik-praktik George Bush dalam perlakuan yang menyimpang dan penahanan ilegal.

"Bagaimana Laksamana Walsh bisa menuntaskan kajiulang yang mendalam atas kondisi-kondisi pembatasan dan perlakukan pada para tahanan selama lebih dari tujuh tahun dalam waktu singkat tujuh belas hari dengan mengabaikan logika dan menekankan betapa menggelikannnya hasil proses ini," kata Romero.

Kelompok-kelompok HAM dan pemerintahan asing, termasuk yang bersekutu dengan AS, telah mengutuk Guantanamo, dimana banyak tahanan yang dijebloskan ke sana bertahun-tahun tanpa diadili, gagal memenugi standard-standard hukum mendasar.

Pemerintahan Bush menyatakan penjara ini penting untuk menahan para tersangka pelaku teror berbahaya dan mencegah mereka mengeksploitasi perlundungan hukum yang bisa mereka nikmati di AS.

Obama telah memerintahkan untuk membekukakn pengadilan militer terhadap para tahanan manakala para pejabat mempertimbangkan untuk mengubah sistem pemenjaraan.

Sekitar 245 orang kini sedang ditahan di Guantanamo, demikian Pentagon. (*)

Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2009