Barack Obama mengutus Menlu AS Hillary Clinton ke Indonesia dan tiga negara Asia lainnya. Ini adalah kunjungan pertama Hillary sebagai menteri luar negeri dan sekaligus membedakan pendekatan pemerintah Obama terhadap Asia. Menlu AS pada pemerintah sebelumnya memilih kunjungan pertamanya ke Eropa atau Timur Tengah. Selama dua hari di Jakarta, sejak 18 Februari, Hillary mengirim pesan penting kepada dunia Islam --yang kecewa atas AS semasa George W Bush-- bahwa AS berupaya mengubah pendekatan terhadap dunia Islam. Sebagai negara yang mampu mewujudkan dengan baik harmonisasi Islam, demokrasi, dan modernisasi, Indonesia menjadi penting bagi AS. Hillary juga meminta Indonesia mengambil peran lebih besar dalam penyelesaian Palestina. Dalam dua kesempatan, Presiden AS Barack Obama menekankan perubahan pendekatan AS terhadap dunia Islam. Ketika dilantik, 20 Januari, Obama mengatakan, AS mencari cara baru dengan dunia Muslim berdasarkan pada kepentingan bersama dan saling menghormati. Sikap ini ditegaskannya kembali kepada jaringan televisi Al-Arabiya (27/1). "Tugas saya kepada negara-negara Muslim adalah mengomunikasikan bahwa AS bukan musuh Anda," kata Obama. Menurutnya, AS dan dunia Islam telah menjalin hubungan baik pada 20 atau 30 tahun lalu, karena itu tak ada alasan tidak melakukannya kembali. Kunjungan Hillary dan pernyataan Obama tentang Islam itu tentu harus diuji dari keputusan dan kebijakan yang mereka ambil nantinya, terutama dalam penyelesaian Palestina yang selama ini menjadi akar masalah hubungan dunia Islam dengan AS. Ketika berbicara dengan Hillary Clinton, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) secara terbuka menyatakan kekecewaannya terhadap belum terealisasinya negara Palestina merdeka. Presiden meminta AS memberikan perhatian besar terhadap penyelesaian Palestina tersebut. Pernyataan Presiden SBY ini tepat sasaran. Presiden mengirim pesan jelas dari dunia Islam kepada Barack Obama, bahwa apabila AS benar-benar ingin mengubah pendekatannya dengan dunia Islam, maka kemerdekaan Palestina harus menjadi prioritas utama AS. Dunia Islam kini menguji pendekatan baru AS tersebut, bukan sekadar retorika. Peran Indonesia Sebagai negara berpenduduk Islam terbesar dunia, Indonesia merupakan negara demokrasi terbesar selain AS dan India. Indonesia pun terbebas dari pusaran konflik dan menjadi kekuatan Islam moderat. Dalam posisi seperti itu, Indonesia dapat menjalin dialog dalam kesetaraan dan saling menghormati. Ulama dan intlektual Islam terkemuka, Syekh Dr Yusuf Al Qardhawi, ketika bertemu Presiden SBY di Doha, Mei 2006, berkeyakinan bahwa Indonesia --yang menampilkan wajah Islam moderat-- dapat menjadi pemimpin dunia Islam. Politik luar negeri bebas-aktif juga memberi ruang besar bagi Indonesia memainkan perannya. Indonesia telah mengambil peran penting dalam mempromosikan wajah Islam di tengah ketidakpahaman negara-negara Barat. Ketika fobia terhadap Islam menjalar di Eropa, Indonesia menyelenggarakan Asia-Europe Meeting Interfaith Dialogue, yang melahirkan Deklarasi Bali, Juli 2005. Dialog itu mendorong hubungan harmonis antarpenganut agama, meningkatkan pengertian, dan saling menghargai di lingkungan Asia dan Eropa. Indonesia juga mengadakan Global Inter-Media Dialogue dengan mengangkat tema Ethical Journalism in Extreme Conditions: the Challenge of Diversity. Ini menyusul pelecehan media Denmark terhadap Nabi Muhammad SAW. Ketika PM Inggris Tony Blair ke Indonesia, Presiden SBY mengajak tokoh-tokoh Islam Indonesia berdialog untuk memberikan pemahaman kepada Blair tentang Islam dan mendiskusikan hubungan antara Islam dan Barat. Sebelumnya di PBB, Presiden SBY menyampaikan pandangannya mengenai Islam moderat maupun hubungan Islam dan Barat. Dialog tentang Islam itu juga dilakukan dengan Jan Peter Balkanende (PM Belanda) dan John Howard (PM Australia) saat itu. Di Dewan Keamanan PBB, Indonesia satu-satunya dari 15 anggota DK PBB, yang mengambil posisi abstain ketika akan dijatuhkan sanksi tambahan untuk Iran. Libya justru mendukung sanksi untuk Iran dalam kasus pengayaan nuklir itu. Pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Khameini memuji sikap Indonesia itu. Ketika Israel menyerang Gaza, Indonesia mendesak Majelis Umum PBB mengadakan sidang darurat dan mendorong sidang khusus Dewan HAM PBB. Indonesia juga mengadakan Asian-African Conference on Capacity Building for Palestine, serta terlibat aktif pada Annapolis Conference, dan Konferensi Paris dalam memberikan dukungan ekonomi bagi Palestina, Dengan sejumlah fakta itu, Indonesia --negara berpenduduk Muslim terbesar dan negara demokrasi terbesar ketiga-- sesungguhnya sedang mengambil peran sebagai jembatan dan membangun keseimbangan dalam hubungan Islam dan Barat. Melalui Indonesia, AS dapat menjangkau dunia Islam. Karena itu cukup alasan bagi Obama untuk memerintahkan Menlu Hillary mengunjungi Indonesia sebagai bagian dari upaya AS mengubah pendekatannya dengan dunia Islam. Dan, tepat pula pernyataan kekecewaan Presiden SBY terhadap belum terealisasinya Palestina merdeka. Melalui Hillary, SBY telah menyampaikan pesan kunci apabila AS memang ingin berubah: selesaikan segera Palestina. Kini, dunia Islam menanti perubahan itu.(*) * Penulis Wartawan Antara.
Oleh Oleh Asro Kamal Rokan*
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009
segala sesuatu muncul karena ada penyebabnya.. agar bisa menyelesaikan masalah RMS maupun daerah2 yang ingin merdeka pemerintah wajib untuk mengetahui latar belakangnya, bukannya tidak di urusi... Merdeka
sibuk ngurusi rumah tangga orang padahal warganya sendiri mengalami penindasan HAM, yang melakukan aparat keamanan sendiri lagi (videonya lihat di youtube)...... masak orang yang cuma kibarkan bendera RMS di depan Presiden hukumannya sama seperti teroris yang bunuh ratusan nyawa... keadilannya di mana?? udah gitu orang2 yang mengibarkan diperlakukan kayak binatang lagi!! Tuhan tolong bangsa ini banyak ketidakadilan...
Q menunggu perubahan itu,
kedamaian di Palestina...