Luas panen padi di Riau pada 2019 diperkirakan sebesar 63.140 hektare (ha) atau mengalami penurunan sebanyak 8.310 ha (11,63 persen) dibandingkan tahun 2018

Pekanbaru (ANTARA) - Kemampuan Provinsi Riau untuk secara swadaya memenuhi kebutuhan pangan warganya dari komoditas beras, mengalami penurunan karena produksi beras pada 2019 turun 13,33 persen dibandingkan tahun sebelumnya.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Riau di Pekanbaru, Rabu, produksi beras di daerah berjuluk "Bumi Lancang Kuning" itu pada 2019 mencapai 131.820 ton. Jumlah tersebut mengalami penurunan sebanyak 20.270 ton atau 13,33 persen dibandingkan 2018.

BPS bekerja sama dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional (Kementerian ATR/BPN), Badan Informasi dan Geospasial (BIG), serta Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) memperbaiki metodologi perhitungan luas panen dengan menggunakan metode Kerangka Sampel Area (KSA).

KSA memanfaatkan teknologi citra satelit yang berasal dari BIG dan peta lahan baku sawah yang berasal dari Kementerian ATR/BPN untuk mengestimasi luas panen padi.

Angka produksi beras tersebut merupakan hasil konversi produksi padi menjadi beras untuk konsumsi pangan penduduk. Produksi padi di Riau pada 2019 diperkirakan sebesar 230.870 ribu ton gabah kering giling (GKG) atau mengalami penurunan sebanyak 35.500 ton dibandingkan 2018.

"Luas panen padi di Riau pada 2019 diperkirakan sebesar 63.140 hektare (ha) atau mengalami penurunan sebanyak 8.310 ha (11,63 persen) dibandingkan tahun 2018," kata Kepala BPS Riau, Misfaruddin.

Ia mengatakan pada 2019 terjadi kenaikan produksi padi yakni di Kabupaten Bengkalis yang mencapai 4.132 ton GKG dan Kota Pekanbaru satu ton.

Namun, peningkatan produksi tersebut tidak sebanding dengan penurunan produksi padi di 10 kabupaten dan kota lainnya. Bahkan, tiga daerah sentra produksi padi yang selama ini menjadi lumbung beras untuk Riau mengalami penurunan produksi.

Seperti di Kabupaten Indragiri Hilir, produksi padi menurun 1.369 ton GKG. Kemudian di Rokan Hilir produksinya turun 7.123 ton dan Siak turun 1.291 ton. Bahkan, penurunan produksi padi paling tinggi terjadi di Kabupaten Kuantan Singingi yang mencapai 10.202 ton GKG.

Sebelumnya, Gubernur Riau Syamsuar pada jumpa pers satu tahun kepemimpinannya bersama Wakil Gubernur Riau Edy Natar, menyatakan Pemprov Riau fokus untuk meningkatkan kemandirian ekonomi dan menurunkan kesenjangan pendapatan melalui peningkatan daya saing sektor unggulan.

Pada sektor pertanian, ia mengatakan Pemprov Riau melakukan kegiatan prioritas seperti rehabilitasi sawah terlantar, optimalisasi lahan rawa, perluasan areal tanam baru, perbaikan infrastruktur dan peningkatan produktifitas.

"Capaian 2019, rehabilitasi sawah terlantar 73 hektare, perluasan areal tanam baru 2.508,8 hektare, perbaikan infrastruktur capaiannya 1.100 meter irigasi tersier, serta perbaikan dua unit pintu air dan dua unit bangunan bagi 546 hektare," kata Syamsuar.

Meski begitu, upaya pemerintah daerah belum banyak mendongkrak produksi padi. Bahkan, Riau hingga kini hanya mampu memenuhi 30 persen dari kebutuhan beras untuk populasi penduduknya yang mencapai sekitar 6 juta jiwa.

Baca juga: Serapan Bulog Kepri terhadap hasil panen capai 77 persen

Baca juga: Riau masih kekurangan 66,34 persen beras

Pewarta: FB Anggoro
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2020