Panglima TNI Vs Tommy Soeharto

Jakarta (ANTARA News) - Panglima TNI Jenderal TNI Djoko Santoso, ternyata tak sekadar mencermati masalah-masalah militer dan pertahanan, tetapi juga kehidupan selebritis melalui tayangan infotainment di televisi.

"Dan ternyata berita-berita seperti itu lebih menarik bagi media. Contoh, kedekatan Tommy Soeharto dan model Catherine Wilson, beritanya diulang-ulang terus. Tadi pagi juga," ujarnya kepada ANTARA di Jakarta.

Ditemui di ruang kerjanya, alumni Akademi Militer (Akmil) 1975 itu mengatakan, dibandingkan berita-berita kegiatan militer, khususnya untuk membangkitkan nasionalisme, berita Tommy-Catherine lebih diminati.

"Seperti beberapa waktu lalu. TNI bekerjasama dengan BKKBN, gak ada media yang muat. Kalau pun ada, hanya di pojok dalam kolom kecil. Padahal, dengan keberhasilan KB akan lahir generasi muda bangsa yang memiliki keunggulan kompetitif," tutur mantan Panglima Kodam Jaya itu.

Sepertinya, lanjut mantan Kepala Staf Angkatan Darat (Kasad) itu, masyarakat kurang peduli dengan kondisi sosial ekonomi bangsanya. "Mereka lebih tertarik acara gosip daripada kegiatan-kegiatan yang mendukung nasionalisme," ungkapnya, prihatin.

Media, lanjut Djoko, hendaknya bisa menjalankan fungsi pendidikan dan hiburannya secara berimbang dan proposional. "Jangan hanya berita-berita selebritis seperti Sarah Azhari, Tommy dan Catherine saja, yang ditonjolkan," katanya, sambil tertawa ringan. (*)

1 Maret 2009

Saya sangat setuju dengan Seorang berprofesional bidang militer dan pertahanan , sebagai Panglima TNI Djoko Santoso,menanggapi dan fenomena media elektronik dan cetak , yang menyuguhkan dan menyesatkan informasi / berita-berita yang bernilai sampah. Yang jadi pertanyaan apakah kwalitas SDM insan Media kita.

Kami berdoa semoga Tentara Nasional Indonesia di bawah Panglima Jendral Djoko Santoso , lebih berjaya di Nusantara , walaupun media tak memuat kemedia Med&Tak ( Huuuh !!! )

0 0 Balas LaporkanHapus
27 Februari 2009

ahlaknya sudah bejat semua kalau bisa hati yang buruk rusak diganti saja hati orang cina diganti di cina seperti saudara kita pak dahlan iskan

0 0 Balas LaporkanHapus
27 Februari 2009

Yang jelas infotainment lebih menarik untuk disimak dan diikuti terus perkembangannya meskipun tidak jauh dari gosip dibandingkan dengan berita tentang militer, inilah realitas yang terjadi dimasyarakat kita karena semakin menjamurnya berita2 tentang selebritis. Sebetulnya TNI pun sering dijadikan sasaran media spt yg terjadi di alas tlogo pasuruan, perumahan dwikora dll, jika TNI ingin dikenal luas oleh media berikan program riil untuk pemerintah dan masyarakat

0 0 Balas LaporkanHapus
25 Februari 2009

Judul berita ini juga kelihatanya mengadu domba. \"Panglima TNI VS Tommy Soeharto\" Pak Panglima cuman menganjurkan bahwasanya berita media itu juga hrs memberitakan berita yg bersifat mendidik demi pengetahuan, info bagi pembaca/pemirsa jadi dibuat seimbang. SDM media kita ini terlalu banyak kekurangan tapi berani tampil. Ibarat sdh bodoh tp sok pintar. Repot mengajari org yg berwawasan sempit.

0 0 Balas LaporkanHapus
21 Februari 2009

Gimana bangsa ini mau maju dan cerdas. kalo toh acara di TV dihiasi banyaknya infotainment yang ujung pangkalnya adalah GOSSIP. Fungsi media bukan hanya menghibur saja, namun yang paling fundamental adalah memberikan informasi yang mendidik. Efek media lebih besar, sajikan berita atau pun informasi yang berbobot, bernilai dan bertanggung jawab.

0 0 Balas LaporkanHapus