Jakarta (ANTARA News) - PT Garuda Indonesia akan mengadakan 14 unit pesawat melalui bantuan perusahaan pembiayaan dari Timur Tengah.
"Saya sudah mendapat laporan dari Garuda mau membeli pesawat. Kita mendukung rencana itu karena perusahaan tersebut masih kekurangan armada," kata Menneg BUMN Sofyan Djalil, di Kantor Kementerian BUMN di Jakarta, Jumat.
Ia menjelaskan, kesepakatan pendanaan sewa beli (leasing) akan dilakukan pada 3 Maret 2009, saat pelaksanaan World Islamic Economic Forum (WIEF) yang diselenggarakan di Jakarta.
"Saya tidak mengetahui detil spesifikasi pesawatnya, termasuk anggaran yang disiapkan. Namun, dari 14 pesawat tersebut, kemungkinan hanya dua pesawat baru dibeli dengan dana sendiri selebihnya lewat perusahaan pembiayaan," kata Sofyan.
Menurutnya langkah Garuda menyewa pesawat sudah tepat seperti yang juga dilakukan perusahaan penerbangan asing seperti Singapore Airlines.
"Mereka (maskapai penerbangan internasional) tidak ada pesawat milik sendiri, semua leasing, karena tidak membebankan aset perusahaan," ujar Sofyan.
Direktur Utama Garuda Indonesida Emirsyah Satar membenarkan rencana perusahaan mencari pendanaan dari luar negeri untuk pengadaan pesawat yang akan didatangkan secara bertahap hingga 2010 itu.
Emirsyah tidak merinci nilai pembiayaan pesawat yang dimaksud termasuk nama perusahaan yang akan menandatangani nota kesepahaman pembiyaan tersebut.
Ia hanya menjelaskan, untuk pengadaan 14 unit pesawat jenis 737-800 Next Generation itu sebesar 20 persen akan didanai dari ekuitas perusahaan, selebihnya dari eksternal.
Dengan demikian kebutuhan pesawat maskapai penerbangan "pelat merah" tercukupi bahkan hingga 2010.
Perusahaan juga akan lebih leluasa mengotimalkan rute penerbangan khususnya rute internasional seperti Amsterdam, London dan Frankfurt, jika kelak rute penerbangan ke Eropa dibuka kembali.
Meski begitu ujar Sofyan Djalil, Kementerian BUMN mengingatkan dalam kesepakatan sewa beli tersebut Garuda harus menerapkan prinsip kehati-hatian.
"Apalagi, maskapai penerbangan di dunia saat ini mengerem rencana ekspansi mereka. Prinsip "prudent" (hati-hati) sesungguhnya sudah dilakukan manajemen Garuda, setelah sebelumnya berkali-kali menunda mendatangka pesawat," ujarnya.
(*)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2009