Yogyakarta (ANTARA) - Tim Respons COVID-19 Universitas Gadjah Mada (UGM) menyebutkan bahwa ditemukannya dua pasien yang terkonfirmasi positif COVID-19 telah menunjukkan bahwa kapasitas deteksi kesehatan Indonesia cukup baik.
"Sebenarnya dengan ditemukannya kasus yang terkonfirmasi kemarin yang diumumkan Bapak Presiden menunjukkan bahwa kapasitas deteksi kesehatan kita cukup mumpuni," kata Koordinator Tim Respons COVID-19 UGM, dr. Riris Andono Ahmad saat jumpa pers di Kampus UGM, Yogyakarta, Selasa.
Baca juga: RSUD Depok rujuk seorang pasien ke RS Sulianti Saroso
Oleh sebab itu, Riris mengatakan Tim Respons COVID-19 UGM akan mendukung sepenuhnya kebijakan pemerintah dalam menangani kasus COVID-19 di Indonesia.
"Kita juga sudah ketahui bahwa pemerintah sudah menyiapkan 100 rumah sakit yang tersebar di Indonesia untuk menangani kasus COVID-19 ini," kata dia.
Ia mengimbau masyarakat tidak panik dengan kasus COVID-19 karena penyakit yang disebabkan virus itu bisa dicegah. Kuncinya, adalah dengan membangun perilaku hidup bersih dan sehat seperti mencuci tangan, konsumsi makanan sehat, serta olahraga dan istirahat yang cukup.
Terkait tindakan masyarakat yang memborong masker untuk mencegah penularan, ia menegaskan bahwa masyarakat umum yang dalam kondisi sehat tidak perlu mengenakan masker, karena virus ini tidak menular melalui udara secara langsung.
Baca juga: Kota Serang siapkan ruang isolasi antisipasi COVID-19
Penularan virus itu, kata dia, terjadi melalui droplet atau cairan tubuh yang bisa terpercik pada seseorang atau pada benda-benda di sekitarnya pada jarak 1-2 meter melalui batuk atau bersin. Karena itu, penggunaan masker diperlukan justru oleh orang yang sakit untuk mencegah percikan tersebut.
"Jadi secara umum penyakit ini lebih banyak menular melalui model penularan seperti itu. Karena itu, penyakit ini lebih efektif dicegah dengan cuci tangan dengan sabun antiseptik atau cairan pembersih tangan yang berbasis alkohol," kata dia.
Ia mengatakan COVID-19 merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus SARS CoV-2 dengan gejala umum gangguan saluran pernafasan akut baik ringan maupun berat yang meliputi demam, batuk, sesak nafas, kelelahan, pilek, nyeri tenggorokan, atau diare.
Satu dari enam orang yang terinfeksi, menurut dia, akan mengalami gejala sakit yang berat hingga kesulitan bernafas. Sebagian besar penderita yang mengalami keparahan adalah orang berusia lanjut dan memiliki riwayat penyakit lain seperti hipertensi, penyakit jantung, atau diabetes.
Menurut dia, dibandingkan dengan beberapa penyakit yang juga disebabkan oleh virus corona, seperti SARS dan MERS-Cov, COVID-19 memiliki tingkat fatalitas sekitar 2 persen atau jauh lebih rendah dibandingkan dengan SARS yang bisa mencapai 10 persen.
Pakar mikrobiologi FKKMK UGM, Prof Tri Wibawa menambahkan bahwa banyak virus yang bisa dilawan dengan kekebalan tubuh. Di samping konsumsi makanan sehat ataupun tanaman obat yang mampu meningkatkan sistem imun, olahraga, istirahat cukup, serta pengelolaan stres juga menjadi hal yang tidak kalah penting.
Baca juga: Gubernur Banten imbau warga tidak panik terkait COVID-19
Baca juga: RSUD Dumai isolasi satu pasien terduga terjangkit COVID-19
Baca juga: Ridwan Kamil minta kabupaten/kota bentuk Crisis Center COVID-19
Pewarta: Luqman Hakim
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2020