Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Provinsi Jambi, DR Didy Wurdjanto di Jambi, Kamis mengatakan, buaya tersebut dikubur di sekitar pemakaman Putri Ayu (Putri keturunan Raja pertama Jambi yang memimpin Kerajaan Jambi ratusan tahun lalu) karena warga menganggap kuburan itu keramat.
"Buaya Sinyulong yang dilindungi itu dikubur di sekitar pemakaman Putri Ayu karena masyarakat menganggap kuburan itu keramat. Permintaan masyarakat itu kita ikuti saja," katanya.
Buaya itu sebelumnya juga terperangkap di jaring ikan petani di danau yang sama, sementara Tempat Pemakaman Umum (TPU) yang juga tempat kuburan Putri Ayu berada di bantaran danau, sehingga warga mengaitkan buaya tersebut jelmaan Putri Ayu.
Buaya itu ketika tertangkap pertama kali oleh warga setempat banyak kejanggalan dan hal yang aneh, antara lain ada ditemukan seperti gelang membalut di tubuh buaya, lalu warga melepaskan kembali ke danau.
"Ketika buaya itu dilepas ada sejumlah warga menjadi kesurupan, sehingga muncul kepercayaan warga buaya itu adalah jelmaan Putri Ayu," ujarnya.
Masyarakat Jambi setiap tahun atau pada hari-hari tertentu atau pada hari baik dan bulan baik selalu menyempatkan waktu berjiarah di makam Putri Ayu karena dalam legenda masyarakat menganggap kuburan itu kramat yang bisa memberi keselamatan, rezeki, jodoh, dan sebagainya.
Buaya Sinyolong itu berbentuk moncong lonjong berwarna agak keputihan, sehingga juga menjadi salah satu maskot Jambi setelah harimau Sumatra (Fanthera Tigris Sumatrae). Buaya itu banyak hidup di Sungai Batanghari dan anak sungai seperti Danau Sipin hingga ke wilayah muara pantai timur Kabupaten Tanjung Jabung Barat dan Tanjung Jabung Timur Provinsi Jambi.(*)
Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009