Normal artinya dalam rata-rata 30 tahun (1981-2010) kondisinya sama atau tidak terjadi keadaan lebih ekstrem,

Bukittinggi (ANTARA) - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksikan musim kemarau 2020 akan berlangsung normal dan belum terdapat indikasi adanya gangguan yang menyebabkan kondisi lebih ekstrem.

"Normal artinya dalam rata-rata 30 tahun (1981-2010) kondisinya sama atau tidak terjadi keadaan lebih ekstrem," kata Kepala Pusat Layanan Informasi Iklim Terapan BMKG Nasrullah usai membuka kegiatan Sekolah Lapang Iklim (SLI) di Bukittinggi, Selasa.

Ia menjelaskan Indonesia akan memasuki puncak musim kemarau pada Juli-Agustus 2020, untuk itu perlu diantisipasi kemunculan hotspot (titik panas) yang merupakan indikasi awal informasi terjadinya kebakaran hutan dan lahan.

Saat ini, ujarnya rata-rata wilayah di Indonesia mengalami musim hujan namun ada sebagian daerah yang sudah memasuki kemarau awal seperti wilayah Riau dan Sumatera Utara sehingga terdeteksi munculnya hotspot.

Kepala Stasiun Pemantau Atmosfer Global Bukit Kototabang Wan Dayantolis mengatakan Selasa (3/3) pagi terpantau 20 titik panas di wilayah Riau dan Sumatera Selatan.

Kondisi itu turut mempengaruhi kualitas udara yang terukur di Bukit Kototabang yang menunjukkan peningkatan konsentrasi partikulat (PM10) meski masih di level normal atau di bawah 50 µgram/m3.

PM10 merupakan partikel udara yang berukuran lebih kecil dari 10 mikron dan salah satu dari lima parameter kualitas udara.

"Arah angin Februari-Maret ini dari Utara, Barat Laut mengarah ke Sumbar. Jadi yang pertama terdampak adalah udara wilayah Sumbar di Bukittinggi, Kabupaten Limapuluh Kota dan Payakumbuh," katanya.

Sementara saat Juli-Agustus arah angin berhembus dari arah sebaliknya sehingga jika muncul hotspot di provinsi tetangga, maka yang pertama kali terdampak adalah udara di wilayah Kabupaten Dharmasraya dan sekitarnya.

Ia menerangkan saat ini di Sumbar belum terpantau hotspot. BMKG memprediksi akan turun hujan sampai 5 Maret 2020 sehingga diharapkan dapat memadamkan hotspot di wilayah terdeteksi.

"Jika sampai besok masih tidak hujan, kami segera sebarkan informasi untuk kesiapan adanya penurunan kualitas udara," katanya.

Baca juga: Dasarian pertama Maret puncak hujan di Jateng selatan, sebut BMKG
Baca juga: Jumlah titik panas indikasi karhutla di Riau melonjak jadi 78

Pewarta: Miko Elfisha
Editor: Desi Purnamawati
Copyright © ANTARA 2020