Sydney (ANTARA News) - Perdana Menteri Kevin Rudd menegaskan posisi penting Indonesia bagi Australia dalam menghadapi tantangan bersama di tingkat regional dan global serta signifikansi kerja sama bilateral bagi masa depan kedua bangsa. "Kita bekerja sama memberikan kontribusi bagi dunia," katanya dalam acara makan malam Konferensi Hubungan Indonesia-Australia sekaligus peringatan 20 tahun berdirinya Institut Australia-Indonesia (AII) yang dihadiri ratusan peserta konferensi dan undangan di aual gedung galeri seni New South Wales, Sydney, Kamis malam. Dalam acara makan malam itu, PM Rudd berada satu meja dengan Menlu Nur Hassan Wirajuda, Menlu Australia Stephen Smith, Ketua AIA Tim Lindsey, Dr Rizal Sukma, Yuli Ismartono (peserta konferensi dari Indonesia), dan sejumlah pejabat Australia. Pemimpin Australia itu mengatakan, kerja sama kedua negara dalam menghadapi krisis keuangan global saat ini misalnya bisa dilakukan di pertemuan G-20 di London April mendatang. Tentang hubungan Indonesia dan Australia, PM Rudd memberikan penilaian sangat baik ditandai dengan jumlah pertemuan dirinya dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang sudah tujuh kali dalam berbagai kesempatan dan tiga kali kunjungannya ke Indonesia dalam setahun usia pemerintahannya. Hubungan negaranya dengan Indonesia "vital" bagi Australia dan apa pun tantangan yang dihadapi negaranya di kawasan membuka peluang kerja sama dengan Indonesia, katanya. PM Rudd pun kembali menyampaikan terima kasihnya pada apa yang disebutnya "sahabat Indonesia" atas donasi senilai satu juta dolar AS dan pengiriman tim identifikasi korban bencana (DVI) Polri bagi membantu para korban bencana kebakaran semak belukar di negara bagian Victoria. Ia telah pun menyampaikan kepada Parlemen Federal Australia bahwa Indonesia adalah sahabat. Sebagai sahabat, kedua negara dan bangsa saling membantu saat menghadapi bencana alam besar. Dalam konteks sejarah kemerdekaan Indonesia di era 1940-an, Australia bangga dengan dukungannya pada Indonesia, katanya. Di mata PM Rudd, Indonesia merupakan negara kepulauan demokratis yang dinamis dengan ekonomi yang terus tumbuh dan toleransi agama yang mengagumkan. Untuk membangun pemahaman yang lebih baik tentang Indonesia di Australia, ia mengingatkan pentingnya pengajaran bahasa dan budaya Indonesia. Tentang pelaksanaan Konferensi Hubungan Indonesia-Australia sendiri, PM Rudd berharap pertemuan tersebut dapat memperkuat fondasi hubungan kedua bangsa. Sementara itu, dalam pidato sambutannya, Menlu Nur Hassan Wirajuda mengatakan, kepercayaan di antara kedua negara dan bangsa sudah semakin tumbuh dan perlu terus dikembangkan. Tercapainya Perjanjian Lombok yang menghormati kedaulatan wilayah masing-masing akan menjadi jangkar bagi masa depan hubungan kedua negara bertetangga ini, kata Menlu Wirajuda. Sebelumnya Ketua AIA Tim Lindsey memaparkan kilas balik sejarah dan peran lembaga di bawah Kementerian Luar Negeri dan Perdagangan Australia itu dalam mendukung upaya penguatan hubungan kedua negara di tingkat rakyat. Lindsey antara lain menggarisbawahi peran program pertukaran pemuda Indonesia-Australia, dan program pertukaran pemimpin muda Muslim Indonesia-Australia dalam membangun jejaring kerja sama di tingkat rakyat maupun membentuk saling pemahaman yang lebih baik. Nilai positif peran AIA dalam 20 tahun keberadaannya itu digambarkan oleh tiga orang yang pernah dan sedang mengikuti program lembaga ini. Ketiganya adalah Kartika Sari, wartawati Harian Merdeka yang mengikuti program pertukaran jurnalis, Nik Feith Tan (mantan peserta program petukaran pemuda Indonesia-Australia) dan Sarah Malik (mantan peserta program pertukaran pemimpin muda Muslim Indonesia-Australia). Acara makan malam yang menjadi rangkaian kegiatan Konferensi Hubungan Indonesia-Australia itu diakhiri dengan acara hiburan dari "runner-up Australian Idol", Jessica Mauboy.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009