Jakarta, (ANTARA News) - Juru bicara Kepresidenan Dino Patti Djalal mengatakan kasus Hambali tidak termasuk dalam agenda pertemuan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Menteri Luar Negeri Hillary Clinton.

"Memang tidak masuk agenda itu bukan kepentingan nasional kita yang penting saat ini," kata Dino di Kantor Kepresidenan Jakarta, Kamis, seusai mendampingi Presiden Yudhoyono menerima kunjungan kehormatan Hillary.

Menurut Dino, saat ini Indonesia sedang menghadapi krisis finansial, energi, dan pemilihan umum sehingga kasus Hambali tidak masuk dalam urutan prioritas kepentingan nasional.

Pada Rabu (18/2), Menlu Hassan Wirajuda juga mengatakan masalah Hambali tidak dibahas dalam pertemuannya dengan Menlu Hillary.

"Karena kita juga belum memperoleh informasi untuh bagaimana pemerintahan Obama akan menindaklanjuti pernyataannya untuk menutup Guantanamo ini," kata Hassan.

"Apakah mereka (para tahanan) secara fisik akan dipindahkan ke penjara-penjara di wilayah daratan AS atau mereka akan diseleksi lagi mana yang akan dilanjutkan proses hukumnya, atau mana yang akan dibebaskan. Jadi kita masih menunggu kejelasan kebijakan itu," tambahnya.

Hambali alias Encep Nurjaman ditahan di Penjara Guantanamo sejak tahun 2003 setelah ia tertangkap di Filipina.

Hambali dituduh sebagai salah satu pentolan kelompok teroris Jamaah Islamiyah yang dicurigai memiliki peranan penting dalam peristiwa Bom Bali I tahun 2002 yang menewaskan 202 orang.

Penjara Guantanamo didirikan tahun 2002 di pangkalan militer AS di Kuba untuk menahan orang-orang yang ditangkap dalam kerangka "perang melawan teror" yang diluncurkan setelah AS mengalami serangan 11 September 2001.

Penjara militer kontroversial itu masih menahan sekitar 250 tersangka teroris. Keberadaan penjara Guantanamo telah menuai kritikan luas dari berbagai kalangan, terutama kelompok kebebasan sipil karena sebagian tahanan tidak pernah didakwa.

Dari 250 tahanan yang tersisa, hanya sekitar 20 tahanan yang didakwa, termasuk lima orang yang dituduh membantu mengorganisir serangan 11 September ke AS.(*)

Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2009