Marangin, Jambi  (ANTARA News) - Indonesia, Malaysia dan Thailand akan bertemu untuk membahas pengurangan produksi karet dunia agar harga karet dunia tetap tinggi.

Berbicara dalam konferensi pers di kantor Bupati Merangin, Jambi, Kamis pagi, Menteri Pertanian Anton Apriyantono mengatakan bahwa pertemuan tersebut semula dijadwalkan pada tanggal 25 Februari ini, tapi karena Thailand belum siap, akhirnya pertemuan ditunda ke tanggal 5 Maret 2009.

"Kita perlu mengajak Thailand, karena negara tersebut merupakan penghasil karet terbesar di dunia dan kita berharap tentu pertemuan itu dapat menyetujui usulan Indonesia untuk mengurangi hasil produksi dunia sebesar 30 persen," ujarnya.

Menurutnya, pengurangan produksi karet dunia perlu dilakukan bila setiap negara penghasil karet menginginkan harga karet tetap tinggi.

Menurunnya harga karet dewasa ini disebabkan terjadinya penurunan permintaan dunia terhadap karet sebagai dampak dari krisis ekonomi global.

Karena itu, Indonesia melihat bahwa cara terbaik untuk mengatasi penurun harga karet adalah dengan mengurangi produksi karet dunia.

Thailand, Indonesia dan Malaysia merupakan penghasil karet terbesar di dunia dan keikutsertaan tiga negara ini dalam pertemuan nantinya akan sangat menentukan produksi karet dunia bila semua peserta rapat menginginkan harga karet tetap tinggi.

Dengan produksi sekitar 2,2 juta ton per tahun, Indonesia sudah dilihat sebagai negara penghasil karet nomor dua terbesar di dunia, sementara tempat ketiga diduduki oleh Malaysia.

Krisis ekonomi global yang menghantam banyak negara di dunia mau tidak mau berdampak terhadap daya beli masyarakat internasional terutama sekali kalangan industri yang cendrung melemah.

Untuk itulah Indonesia berharap Malaysia dan Thailand mau mengurangi produksi karet mereka bersama dengan Indonesia ditengah lesunya permintaan dunia terhadap karet.

Dengan demikian, Indonesia harus bisa mensosialisasikan penurun produksi karet ini ketingkat petani karet agar harga jual karet di pasar tetap tinggi.

Caranya antara lain melalui temu wicara dengan petani yang dirasa sangat efektif serta penyuluhan kepada petani.

Misalnya, kalau sebelumnya petani yang biasanya menyadap pohon karet tiga kali sehari dapat menguranginya menjadi dua kali sehari. Ini sudah cukup baik.

Dengan cara ini tidak akan banyak karet mubazir, karena pemintaan dunia yang lemah tidak akan mempengarui harga karet dunia.

Sebelum krisis ekonomi dunia, harga karet per kilo adalah Rp9,000 dan sekarang harga sudah diposisi Rp4000.

"Selisih harga jual yang menyolok membuat petani karet semakin frustrasi dan karena itulah petani dihimbau untuk mengurang produksi dengan cara mengurangi frekwensi penyadapan karet mereka," ujar Anton. (*)

Pewarta:
Copyright © ANTARA 2009