"Pemerintah sejauh ini baru memberi dukungan pada program 'go organic' dan itu pun masih sebatas semboyan saja, belum ada langkah konkret," kata Ketua Majelis Pemberdayaan Masyarakat (MPM) PP Muhammadiyah, Said Tuhuleley, di kantor PP Muhammadiyah Yogyakarta, Rabu.
Ia mengatakan, penggunaan pupuk hingga sekarang masih berbahan pestisida, bagaimana mau meningkatkan kualitas pangan.
Masalah diversifikasi, kualitas dan keseimbangan pangan ini akan menjadi salah satu agenda dalam Rapat Kerja Nasional dan Dialog Kedaulatan Pangan PP Muhammadiyah yang akan berlangsung di Yogyakarta pada 20-22 Februari mendatang.
"Kebijakan mengenai diversifikasi pangan tersebut perlu didukung dengan pendampingan serta kebijakan pemerintah yang baik," katanya.
Selain itu, kata Said, keseimbangan pangan juga perlu diperhatikan mengingat pangan lokal yang terus terpinggirkan akibat kuatnya arus globalisasi.
Ia menambahkan, perlindungan pangan lokal tidak berjalan dengan baik, sehingga pangan yang berasal dari luar negeri leluasa menyerbu masuk Indonesia.
"Di daerah kelahiran saya kini semua orang makan beras, padahal makanan asli daerah tersebut adalah sagu dan ikan segar," katanya.
Ia mengatakan, bisnis waralaba ayam goreng dari luar negeri atau makanan siap saji lainnya telah mendesak keanekaragaman produk pangan lokal.
Sementara itu, konsultan ahli kesehatan publik, Ali Agus menyatakan ketahanan pangan tidak sebatas diartikan sebagai terpenuhinya komoditi strategis, tetapi juga terpenuhinya kebutuhan pangan secara seimbang dengan pola konsumsi yang berimbang.
Ia mencontohkan, konsumsi susu rata-rata secara nasional baru 15 mililiter per kapita per hari, konsumsi telur 12 gram per kapita per hari. "Namun pemenuhannya belum maksimal," katanya.
Pembicara yang akan tampil dalam diskusi panel ketahanan pangan tersebut antara lain Moch Maksum, HS Dillon dan Emha Ainun Nadjib.
Penasihat PP Muhammadiyah, Amien Rais dijadwalkan akan menyampaikan tausiyah mengenai "agenda mendesak selamatkan Indonesia".(*)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009