Ketua Kadin, MS Hidayat di Jakarta, Rabu mengatakan, Indonesia memiliki pasar besar di Amerika Serikat, persoalannya, saat ini ekonomi Amerika sedang menghadapi masalah sebagai imbas krisis global.
"Perekonomian negeri adidaya itu merosot hingga lebih dari 30 persen. Akibatnya, ekspor Indonesia terganggu," katanya disela kuliah umum Pakar ekonomi internasional Professor Dr. Steve H Hanke.
Terkait kunjungan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Hillary Rodham Clinton ke Jakarta 18-19 Februari 2009 ini Hidayat mengatakan, dalam situasi sekarang, Amerika cenderung memproteksi produk dalam negeri mereka.
Sikap proteksionisme tersebut, tambahnya, juga dipersoalkan oleh negara Eropa seperti yang dilakukan Belgia.
Namun dalam situasi sekarang ini, tambahnya, hal itu dapat dimaklumi jika hampir seluruh negara melindungi pasar dalam negerinya, setidaknya untuk sementara waktu.
Oleh karena itu, Kadin mengharapkan AS dapat segera memulihkan kondisi perekonomian mereka sehingga, dalam waktu tidak lama, Indonesia bisa menjajaki kembali pasar ekspor.
Selain itu, Indonesia juga dapat memanfaatkan para investor Amerika untuk menanamkan dananya di tanah air, apalagi, investor AS merupakan penanam modal terbesar di industri pertambangan mineral, minyak dan gas.
Sementara itu Wakil Ketua Umum Kadin, James Riady mengatakan kunjungan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Hillary Rodham Clinton menunjukkan bahwa AS menganggap penting posisi Indonesia.
Selain secara ekonomi merupakan negara dengan produk domestik bruto tertinggi di ASEAN, tambahnya, Indonesia sebagai negara terbesar keempat di dunia, negara Islam terbesar di dunia, serta mempunyai pandangan positif untuk bermasyarakat di dunia.
Menurut dia peran Indonesia sangat diperlukan bagi penguatan hubungan Amerika secara positif dan konstruktif di dunia internasional.
James mengingatkan dalam situasi krisis dan gejolak ekonomi global, semua negara besar membutuhkan penguatan interaksi dan kerja sama dengan dunia ekonomi lain sebaik mungkin. Negara-negara besar memerlukan satu relasi yang harmonis.
"Indonesia dan Amerika tidak bisa jalan sendiri-sendiri. Apalagi, di tengah isu nasionalisme dan proteksionisme sedang tinggi di seluruh dunia, khususnya di Amerika Serikat. Interaksi seperti ini akan membuat Amerika melihat kepentingan dunia lebih penting daripada kepentingan negara," katanya.(*)
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2009