Pekanbaru (ANTARA) - Jumlah titik panas yang menjadi indikasi awal kebakaran hutan dan lahan di Provinsi Riau melonjak pada Selasa menjadi 78 titik, dibandingkan dengan kondisi Senin petang (2/3) yang tercatat ada 65 titik panas.
Prakirawan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Pekanbaru, Mia Vadilla dalam keterangan pers di Pekanbaru, Selasa, menyatakan satelit pada pukul 06.00 WIB menunjukkan 91 titik panas di wilayah Sumatera. Lokasi terbanyak di Riau dengan 78 titik.
Lokasi dengan titik panas terbanyak adalah Kabupaten Pelalawan dengan 22 titik. Daerah ini berdekatan dengan Kota Pekanbaru dan jadi langganan karhutla setiap tahun.
Satelit juga menunjukkan titik panas di Kota Dumai mencapai 16 titik, kemudian di Bengkalis (10), Indragiri Hilir (8), Siak (7), Kepulauan Meranti (6), Rokan Hilir (6), Indragiri Hulu (2), dan Kampar (1).
Mia Vadilla menyatakan 50 titik yang tercatat punya keakuratan hingga di atas 70 persen sehingga dipastikan itu titik api. Lokasi paling banyak juga di Pelalawan dan Dumai.
Baca juga: Ular piton dan selusin telurnya mati akibat karhutla Riau
Baca juga: Tujuh hektare lahan di Siak terbakar
Baca juga: Bengkalis siaga antisipasi kebakaran hutan-lahan hingga Juli 2020
Riau kini sudah berstatus siaga darurat karhutla hingga 31 Oktober 2020. Berdasarkan pantauan Antara, Satgas Karhutla Riau terus berjibaku memadamkan kebakaran lahan hingga malam hari.
Kebakaran lahan gambut pada Senin malam (2/3) di daerah Parit Indah perbatasan Pekanbaru-Kampar dipadamkan oleh Satgas Karhutla Riau setelah mendapat laporan dari warga. Kebakaran lahan di lokasi tersebut hanya berjarak sekira 10 meter dari permukiman penduduk.
Kebakaran lahan pada awal pekan ini juga menyebabkan satwa ular piton sepanjang empat meter mati terpanggang. Ular piton atau sanca itu ditemukan tim pemadam kebakaran gabungan saat memadamkan kebakaran lahan di Kecamatan Payung Sekaki.
Saat ditemukan kondisi reptil itu melingkar untuk melindungi 12 telurnya.
Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Provinsi Riau menyatakan ular piton tersebut bukan termasuk kategori spesies yang dilindungi.
"Identifikasi sementara benar bahwa ular sanca tersebut adalah ular sanca kembang atau batik atau phyton reticzlatus, tidak dilindungi dan masuk Appendix II Cites," ujarnya.
Meski begitu, ia menyayangkan kematian satwa akibat karhutla karena bisa jadi hal tersebut menunjukkan telah terjadi kerusakan habitat yang juga akan berdampak pada makhluk hidup lainnya.*
Baca juga: Warga pembakar lahan lahan di Rokan Hilir-Riau diancam proses hukum
Baca juga: 11 titik panas Karhutla masih "kepung" pesisir Riau
Baca juga: Jumlah tersangka karhutla Riau bertambah jadi 21 orang
Pewarta: FB Anggoro
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2020