Jakarta (ANTARA News) - Jenazah Grandmaster Edhi Handoko saat ini disemayamkan di rumah duka RS Atmajaya Pluit, Jakarta Utara, setelah pecatur senior tersebut meninggal dunia pada, Selasa dini hari pukul 00:15 WIB di RS Bina Husada, Cibinong, Jabar karena komplikasi penyakit infeksi paru-paru dan pembengkakan jantung pada usia 49 tahun.
Pada Kamis (19/2), jenazah pelatih timnas untuk Olimpiade Catur di Turin, Italia pada 2006 dan juga kapten tim pada Olimpiade Catur di Dresden, Jerman tahun lalu itu akan dibawa ke Solo, Jateng untuk dimakamkan. Edhi lahir di Solo pada 28 Agustus 1960, demikian siaran pers PB Percasi, Selasa.
Edhi adalah satu dari tujuh Grandmaster (GM) yang dimiliki Indonesia. Edhi adalah Grandmaster kedua Indonesia yang telah meninggal dunia. Sebelumnya, tahun 2005 juga telah kehilangan GM Ruben Gunawan.
Semasa jadi pemain, Edhi Handoko adalah pecatur dengan tipe permainan agresif menyerang. Beberapa tahun terakhir karena merasa kondisi fisiknya menurun terutama karena masalah penyakit darah tinggi, Edhi memutuskan mundur sebagai pemain dan konsentrasi menjadi pelatih. Beliau sempat menjadi pelatih GMW Irene Kharisma Sukandar maupun juara dunia pelajar Farid Firmansyah dan beberapa pecatur muda Indonesia lainnya.
Sebagai pemain, Edhi Handoko pernah empat kali juara nasional, yaitu tahun 1978, 1979, 1984 dan 1991. Edhi juga merebut medali emas PON 1985 baik di perorangan maupun beregu. Tahun 2004 dia juga merebut emas di nomor beregu.
Di tingkat internasional Edhi Handoko delapan kali membela tim Indonesia sebagai pemain, yaitu tahun 1980, 1982, 1984, 1986, 1988, 1992, 1994, dan 2000. Sebagai kapten tim putri Indonesia tahun 1990, sebagai kapten tim putra tahun 2006 dan 2008.
Prestasi lainnya, Edhi Handoko ikut merebut medali perak beregu SEA Games Vietnam 2003, juara beregu Antarkota Asia tahun 1993 dan 1994.
Edhi meninggalkan seorang istri, Endang Hastari S, dan dua orang putra, Ekona Sulistya Wibowo dan Okana Razzi Giovani.(*)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009